
Pantau - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mewanti-wanti konflik M23 di Kongo timur berpotensi meluas menjadi perang regional yang lebih besar.
Baca juga: Konflik Tentara Kongo-M23 Berlanjut, Gencatan Senjata Dilanggar
Dalam pernyataan resminya, melansir Reuters dan The Straits Times, Jumat (24/1/2025), Guterres mengecam penangkapan kota strategis Sake oleh pemberontak M23, yang telah menguasai lebih banyak wilayah di daerah kaya mineral ini sejak awal tahun.
Sejak awal Januari 2025, pertempuran di Republik Demokratik Kongo semakin intensif, dengan kelompok M23 yang dipimpin oleh Tutsi merebut kontrol atas sejumlah kota, termasuk Minova dan Sake.
Penangkapan Sake, yang terletak hanya 20 km dari Goma, ibu kota provinsi terbesar di Kongo timur, memicu kekhawatiran akan dampak lebih luas terhadap keamanan dan stabilitas regional.
Baca juga: 129 Napi di Kongo Tewas saat Hendak Kabur dari Penjara
"Serangan ini memiliki dampak menghancurkan pada populasi sipil dan meningkatkan risiko perang regional yang lebih luas," ungkap Guterres melalui juru bicaranya, Stephane Dujarric.
Guterres menyerukan semua pihak untuk menghormati kedaulatan dan integritas teritorial Republik Demokratik Kongo serta menghentikan semua bentuk dukungan kepada kelompok bersenjata.
Situasi ini telah memaksa lebih dari 178 ribu orang mengungsi dalam dua pekan terakhir akibat eskalasi konflik. Kongo dan PBB menuduh Rwanda mendukung M23 dengan pasukan dan senjata, meskipun Rwanda membantah tuduhan tersebut.
Baca juga: Gencatan Senjata Baru di Kongo Timur Diberlakukan Mulai Akhir Pekan Ini
Ketegangan antara kedua negara semakin meningkat seiring dengan kemajuan M23 yang mengancam Goma, sebuah kota dengan populasi sekitar 2 juta jiwa yang menjadi pusat keamanan dan bantuan kemanusiaan di wilayah tersebut.
Dalam konteks ini, masyarakat Goma merasakan ketakutan yang mendalam, dengan banyak sekolah memulangkan semua siswanya lantaran kekhawatiran akan meningkatnya konflik.
"Masyarakat berada dalam kepanikan. M23 kini mengendalikan sebagian besar kota," tutur Leopold Mwisha, presiden lembaga masyarakat setempat di Sake.
Sumber: Reuters
- Penulis :
- Khalied Malvino
- Editor :
- Khalied Malvino