Pantau Flash
HOME  ⁄  Internasional

Film "Air Mata Buaya" Tembus Festival Film Internasional Shanghai, Jadi Kebanggaan Perfilman Indonesia

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

Film "Air Mata Buaya" Tembus Festival Film Internasional Shanghai, Jadi Kebanggaan Perfilman Indonesia
Foto: Film "Air Mata Buaya" Tembus Festival Film Internasional Shanghai, Jadi Kebanggaan Perfilman Indonesia(Sumber: ANTARA/Desca Lidya Natalia/aa.)

Pantau - Film Indonesia berjudul "Air Mata Buaya" berhasil lolos seleksi untuk ikut dalam Festival Film Internasional Shanghai (Shanghai International Film Festival/SIFF) ke-27 yang diselenggarakan pada 13–23 Juni 2025.

Film Indonesia Mencuri Perhatian di Ajang Bergengsi Asia

Konsul Jenderal RI Shanghai, Berlianto Situngkir, menyampaikan apresiasinya atas keberhasilan film tersebut dalam acara "Indonesian Movie Cocktail Reception" di Shanghai, Selasa malam, 17 Juni 2025.

"Kami bangga ikut dalam momen istimewa yaitu terpilihnya film Indonesia yang dapat diputar untuk umum dalam rangkaian Festival Film Internasional Shanghai 2025", ungkapnya.

Acara tersebut turut dihadiri oleh Ketua Umum Badan Perfilman Indonesia (BPI) Gunawan Paggaru, Sekretaris Umum BPI Judith Dipodiputro, serta pelaku industri film Tiongkok, akademisi, sineas muda, mahasiswa, dan masyarakat Indonesia di Shanghai.

Film "Air Mata Buaya" disutradarai oleh Tumpal Tampubolon dan diproduseri oleh Mandy Marahimin.

Film ini mengangkat kisah tentang seorang remaja laki-laki yang tinggal bersama ibunya yang overprotektif di sebuah peternakan buaya.

Konflik bermula ketika sang ibu mulai resah karena anaknya mulai menjelajahi dunia luar dan jatuh cinta, yang membuka kesadarannya bahwa dunia tak seperti yang selama ini ia kira.

Gunawan Paggaru menyatakan bahwa kehadiran film ini di ajang internasional menjadi simbol kolaborasi budaya.

"Kehadiran film Indonesia di festival internasional bukan hanya menjadi kebanggaan tapi juga dapat menjadi dorongan kolaborasi antara Indonesia dan China untuk menciptakan karya-karya sinema yang dinamis dan menarik, yang mampu menjangkau lintas budaya", ujarnya.

Kolaborasi Lintas Budaya dan Masa Depan Sinema Indonesia

Gunawan menambahkan bahwa film ini tidak hanya bercerita soal bertahan hidup, namun juga menyentuh tema kekuasaan, warisan budaya, serta kemampuan manusia dalam mempercayai dan memanipulasi sesuatu.

"Sinema Indonesia saat ini sama beragamnya dengan kepulauan kita, penuh ketegangan, kelembutan, dan suara-suara baru yang menantang norma-norma. Kami bangga dapat membawa salah satu suara itu ke Shanghai dan berterima kasih atas perhatian mata, hati, dan imajinasi yang diberikan untuk film Indonesia", katanya.

Ia juga menyebut bahwa Indonesia semakin terbuka terhadap kerja sama produksi film regional dan multinasional.

"Dengan biaya produksi yang kompetitif, lokasi yang sangat beragam, mulai dari gunung berapi dan pantai hingga kota besar dan desa terpencil, serta meningkatnya jumlah perusahaan layanan produksi lokal, kami siap mendukung cerita-cerita dari luar negeri", jelas Gunawan.

Pemerintah dan lembaga perfilman Indonesia disebut tengah menjajaki berbagai insentif serta bentuk kerja sama bilateral untuk memperluas kolaborasi industri film.

"Kami juga menyadari pentingnya memperluas akses pasar karena itu kami mengundang para mitra dari Tiongkok untuk berkolaborasi dengan sineas kami, menjelajahi lanskap kami, terlibat dengan penonton kami, dan menjadi bagian dari masa depan bersama yang kita bangun melalui sinema, untuk masa depan budaya dan industri yang hebat", tambahnya.

Judith Dipodiputro menyampaikan pandangan strategis pemerintah terhadap industri perfilman nasional.

"Perlu diyakini bahwa industri film nasional bisa menjadi 'ladang minyak' berikutnya", ungkapnya.

"Karena kami adalah bangsa yang sangat aktif, dengan pilihan-pilihan yang sangat beragam namun unik, jadi sangat menarik untuk dijelajahi. Jadi, silakan datang ke Indonesia dan berkolaborasilah bersama kami", ajaknya.

Film "Air Mata Buaya" akan diputar secara komersial di bioskop-bioskop Shanghai pada 17–21 Juni 2025, bersanding dengan lebih dari 360 film dari seluruh dunia.

Festival Film Internasional Shanghai merupakan satu-satunya festival film Kategori A di China yang diakui oleh FIAPF dan menjadi salah satu yang paling prestisius di Asia.

Pada edisi ke-27 tahun ini, lebih dari 3.900 film dari 119 negara mendaftar untuk mengikuti seleksi.

Dewan juri tahun ini dipimpin oleh Giuseppe Tornatore, sutradara legendaris asal Italia yang terkenal lewat film "Cinema Paradiso", dengan anggota juri lainnya seperti aktor China Huang Bo dan sutradara India Kiran Rao.

Sebanyak lebih dari 400 film akan ditayangkan di 48 lokasi selama festival berlangsung.

tag: 

Penulis :
Balian Godfrey