
Pantau - Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran menyetujui kembalinya para inspektur dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk mengawasi penggantian bahan bakar di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Bushehr.
Inspektur Kembali Masuk Iran
Menteri Luar Negeri Iran Seyed Abbas Araghchi menyampaikan pada Rabu (27/8) bahwa izin tersebut telah diberikan.
"Para inspektur diizinkan masuk untuk mengawasi penggantian bahan bakar di PLTN Bushehr," ungkap Araghchi kepada kantor berita pemerintah Iran, IRNA.
Namun ia membantah adanya kesepakatan baru dengan IAEA.
"Belum ada naskah yang difinalisasi meski memang terjadi pertukaran proposal," tegasnya.
Kepala IAEA Rafael Grossi sehari sebelumnya, Selasa (26/8), mengonfirmasi bahwa tim pertama inspektur telah kembali ke Iran setelah sempat ditarik keluar pada Juni lalu akibat konflik.
"Saat ini, tim pertama inspektur IAEA telah kembali ke Iran, dan kami akan memulai kembali," ujar Grossi.
Ketegangan Diplomatik dan Tekanan Internasional
Iran menangguhkan kerja sama dengan IAEA pada awal Juli setelah Presiden Iran Masoud Pezeshkian menandatangani rancangan undang-undang yang membatasi akses inspektur ke fasilitas nuklir.
Kebijakan tersebut dipicu oleh serangan Israel dan Amerika Serikat terhadap fasilitas nuklir Iran.
Teheran menuduh IAEA, khususnya Rafael Grossi, berpihak ke Barat karena tidak mengecam serangan tersebut.
Pembatasan baru mensyaratkan persetujuan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran sebelum inspektur IAEA dapat berkunjung.
Situasi ini memicu kekhawatiran dari Sekretaris Jenderal PBB mengenai keberlanjutan kerja sama nuklir Iran.
Israel mendesak pemberlakuan kembali sanksi PBB terhadap Iran, sementara Inggris, Prancis, dan Jerman menautkan kerja sama Iran–IAEA dengan keputusan apakah mereka akan memulai mekanisme pemulihan sanksi PBB (snapback sanctions) pada akhir Agustus.
Iran menolak legalitas langkah snapback sanctions tersebut.
- Penulis :
- Leon Weldrick