HOME  ⁄  Internasional

Berani Langgar Aturan Lockdown Filipina? Duterte: Tembak Mati Mereka!

Oleh Noor Pratiwi
SHARE   :

Berani Langgar Aturan Lockdown Filipina? Duterte: Tembak Mati Mereka!

Pantau.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah menitahkan polisi dan militer untuk menembak mati siapapun yang menciptakan masalah selama lockdown terkait Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 di pulau Luzon.

"Biarkan ini menjadi peringatan bagi semua. Ikuti pemerintah saat ini karena sangat penting bahwa kita memiliki perintah," kata Duterte dalam pidato yang disiarkan langsung di televisi Rabu dini hari, 1 April 2020.

Duterte mengingatkan warganya untuk mengikuti aturan pemerintah dalam upaya menekan penyebaran virus korona dengan membantu para tenaga medis dengan berdiam diri di rumah. "Dan jangan membahayakan pekerja kesehaan dan para dokter karena itu adalah kejahatan serius. Perintah saya kepada polisi dan militer, jika ada yang membuat masalah, hidup mereka dalam bahaya; tembak mereka mati!".

"Jangan mengintimidasi pemerintah. Jangan menantang pemerintah. Anda akan kalah," tegas Duterte dalam bahasa Filipina dan Inggris, seperti dilansir dari Al Jazeera, Kamis (2/4/2020).

Baca juga: Lockdown Jadi Pembeda Indonesia dan Filipina Tangani Korona

Peringatan keras Duterte datang usai penduduk salah satu daerah kumuh di Kota Quezon Manila melakukan protes di sepanjang jalan raya. Mereka mengklim belum menerima paket makanan dan pasokan bantuan lainnya sejak lockdown diberlakukan lebih dari dua pekan yang lalu.

Menurut laporan kepolisian setempat, para warga telah diperingatkan untuk kembali ke rumah masing-masing namun mereka menolak. Polisi membubarkan aksi protes itu dan menangkap 20 orang.

Jocy Lopez (47) yang memimpin kelompok penduduk, mengatakan mereka terpaksa untuk menggelar protes karena mereka tidak memiliki makanan imbas dari kebijakan lockdown.

"Kami di sini untuk meminta bantuan karena kelaparan. Kami belum diberi makanan, beras, bahan makanan atau uang tunai. Kami tidak punya pekerjaan. Kepada siapa kami berpaling," katanya sebelum ditangkap.

Penduduk lain mengeluh bahwa dengan adanya penangkapan suaminya dan penduduk laki-laki lainnya, banyak keluarga akan berjuang lebih jauh untuk mendapatkan makanan.

Baca juga: KBRI Manila Sebut Tak Ada WNI yang Terpapar Virus Korona di Filipina

Kelompok-kelompok aktivis mengecam penangkapan itu dan mendesak pemerintah untuk mempercepat pembebasan bantuan tunai yang dijanjikan di bawah program perlindungan sosial senilai 200 miliar peso (USD4 miliar) untuk membantu keluarga miskin dan mereka yang kehilangan pekerjaan di tengah lockdown.

"Menggunakan kekuatan berlebihan dan penahanan tidak akan memadamkan perut kosong orang Filipina yang sampai hari ini, tetap membantah... bantuan uang tunai untuk orang miskin," kata kelompok hak asasi perempuan Gabriela.

Wilayah utama Filipina utara Luzon adalah rumah bagi lebih dari 57 juta orang dan di bawah lockdown selama sebulan. Para eksekutif provinsi dan kota dari bagian lain negara itu juga telah meluncurkan langkah-langkah serupa di komunitas mereka, hampir menempatkan lebih dari 100 juta orang di bawah karantina.

Sejauh ini, Filipina telah mencatat 2.311 kasus COVID-19 di negaranya dengan laporan 96 kematian pada Rabu (1/4).

Penulis :
Noor Pratiwi