
Pantau.com - Iran telah memulai persiapan untuk meningkatkan kapasitas pengayaan uranium. Hal itu dilakukan untuk membantu negara Eropa untuk mempertahankan perjanjian nuklir yang digagas 2015 lalu pasca cabutnya AS April lalu.
Setelah memutuskan mundur, Presiden Doanld Trump kembali memberikan sanksi terhadap Iran dengan alasan ancaman keamanan.
Iran telah menetapkan persyaratan untuk tetap dalam kesepakatan nuklir, termasuk langkah-langkah untuk menjaga perdagangan, terutama penjualan minyak.
Baca juga: Sentilan AS: China Harus Jujur Soal Tragedi Tiananmen 1989
Direktur Organisasi Energi Atom Iran Ali Akbar Salehi mengatakan, saat ini pihaknya tengah membangun infrastruktur sebagai pusat penelitian di Natanz.
Badan nuklir Iran mengatakan akan menginformasikan pengawas nuklir AS. Salehi mengatakan hal tersebut tidak melanggar kesepakatan nuklir, tetapi itu menandai peningkatan laju program nuklir.
"Jika kami maju secara normal, itu akan memakan waktu enam atau tujuh tahun, tetapi ini sekarang akan siap dalam beberapa minggu dan bulan mendatang," katanya.
Baca juga: Diserang Bakteri E.coli, Prancis Tutup Pabrik Keju Roblochon di Pengunungan Alpen
Perjanjian 2015 memungkinkan Iran untuk melanjutkan pengayaan uranium 3,67 persen, jauh di bawah ambang batas 90 persen untuk kelas senjata. Sebelum kesepakatan tercapai, Teheran melakukan pengayaan uranium hingga 20 persen kemurnian.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengaku biasa saja dengan peningkatan pengayaan uranium yang tengah dikembangkan oleh Iran.
"Kemarin, dia mengatakan bagaimana dia akan melakukan ini (menghacurkan Israel), dengan pengayaan terbatas untuk menghasilkan gudang bom nuklir. Kami tidak terkejut, kami tidak akan mengizinkan Iran untuk mendapatkan senjata nuklir," kata Netanyahu.
- Penulis :
- Widji Ananta