
Pantau - Mengutip dari BetterUP, Hustle Culture atau yang juga dikenal sebagai Burnout Culture adalah gagasan bahwa bekerja berjam-jam dan mengorbankan perawatan diri diperlukan untuk mencapai kesuksesan. Sehingga, jika kita memberikan seluruh perhatian kita pada pekerjaan, kita dapat mencapai apa saja. Secara singkat, Hustle Culture mengutamakan kerja keras di atas segalanya.
Memang, Hustle Culture dapat mendorong kita untuk lebih produktif untuk mencapai tujuan sesuai target. Namun, tetap saja kesibukan yang tidak sehat apalagi mengesampingkan kesejahteraan diri akan berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental.
Sebagian orang memang mencapai kesuksesan dan kebahagiaan dari usaha kerasnya. Namun, Hustle Hulture ini dapat menciptakan siklus yang toxic. Karena, pada kenyataannya adalah bahwa jika kita mengesampingkan kesejahteraan kita dan terus bekerja, kita hanya akan kelelahan dan tak bahagia. Jika kita ingin lebih bahagia dalam pekerjaan dan kehidupan, kita harus meninggalkan budaya sibuk yang tidak sehat.
Selain itu, survei Deloitte terhadap 1.000 perusahaan yang mempekerjakan pegawai penuh waktu di AS menyebutkan bahwa sebanyak 77 persen karyawan kelelahan saat bekerja.
Lantas, apa solusi dari permasalahan ini?
Baca juga: Mengenal Slugging, Tren Baru Perawatan Kulit untuk Retensi Kelembapan dan Hidrasi Kulit
Soft Life disebut-sebut bisa jadi solusi, karena Soft Life merupakan kebalikan dari Hustle Culture. Soft Life adalah gaya hidup yang mengutamakan istirahat, perawatan diri, dan relaksasi daripada kesibukan dan produktivitas.
Dengan menerapkan Soft Life, kita dapat menjalani gaya hidup yang lebih tenang dan santai daripada terjebak dalam kelelahan karena terus-menerus menjalankan gaya hidup bertekanan tinggi.
Mengutip dari Woman and Home Magazine, Soft Life merupakan sebuah gerakan yang dimulai sebagai respons terhadap tekanan kehidupan yang luar biasa. Selama bertahun-tahun, kita telah diberitahu bahwa kita perlu bekerja lebih keras untuk bisa berhasil. Kita telah diajarkan untuk memprioritaskan produktivitas di atas segalanya, dengan mengorbankan kesehatan mental dan fisik dalam prosesnya.
Karena itu, Soft Life hadir untuk menentang perspektif tersebut dan menekankan bahwa menjalani kehidupan yang lebih lambat dan lembut, di mana perawatan diri dan istirahat juga sama pentingnya dengan produktivitas.
Baca juga: Ini Cara Mudah Perawatan Kaki di Rumah ala Salon
Adapun praktik dalam menerapkan Soft Life bisa dilakukan dengan cara berikut.
- Beristirahat secara teratur sepanjang hari untuk memulihkan tenaga.
- Melatih perhatian dan meditasi.
- Memprioritaskan tidur dan menciptakan rutinitas tidur yang menenangkan.
- Menghabiskan waktu di alam dan berhubungan dengan alam terbuka.
- Memberi nutrisi pada tubuh dengan makanan sehat.
- Melakukan gerakan lembut, seperti yoga atau berjalan.
- Menjalin hubungan dan koneksi yang bermakna dengan orang lain.
Selain itu, berikut adalah beberapa tips yang mungkin bisa membantu untuk memulai gaya hidup Soft Life.
1. Mulailah dari hal kecil
Tidak perlu merombak total gaya hidup kita sekaligus. Sebaliknya, fokuslah untuk membuat perubahan kecil yang dapat dikelola dan berkelanjutan.
2. Ciptakan rutinitas perawatan diri
Misalnya seperti mandi, berlatih yoga, atau membaca buku sebelum tidur.
3. Belajar mengatakan tidak
Jangan merasa bahwa kita harus mengatakan ya untuk semuanya. Prioritaskan kebutuhan dan batasan kita sendiri.
4. Praktekkan rasa syukur
Luangkan waktu setiap hari untuk merenungkan hal-hal yang kita syukuri.
5. Puasa gadget
Luangkan waktu setiap hari untuk memutuskan sambungan dari teknologi dan terhubung dengan momen saat ini.
6. Terhubung dengan alam
Habiskan waktu di luar, entah itu berjalan-jalan di taman atau duduk-duduk di halaman belakang rumah.
7. Prioritaskan istirahat
Pastikan bahwa kita cukup tidur dan beristirahat sepanjang hari untuk memulihkan tenaga.
- Penulis :
- Latisha Asharani