
Pantau – Batik dan Ebru terbukti ampuh memberikan pertukaran pengalaman dan kesan mendalam tentang budaya Indonesia dan Turkiye, mulai dari sejarah hingga praktik pembuatannya.
Batik, seni dari Indonesia dibuat menggunakan canting dan lilin malam untuk menciptakan motif yang khas. Sementara Ebru, merupakan seni melukis di atas air dari Turkiye.
Produk ini dihasilkan dengan cara memindahkan lukisan pada sebuah kertas khusus, yakni sebuah desain yang dibentuk dengan menaburkan pewarna pada air yang pekat.
Adalah ‘Batik x Ebru vol.3’ yang menyuguhkan pertukaran pengalaman dan kesan mendalam itu. Kegiatan yang dilaksanakan pada Kamis (24/10/2024) merupakan buah kerja sama antara Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) dengan PPI Eskişehir.
Baca juga: Simak! Begini Tips Memilih Warna batik yang Sesuai Undertone Kulit
Acara ini berlangsung sukses dan meriah di Fakultas Teologi, Eskişehir Osmangazi Üniversitesi yang bekerjasama dengan Türkiye Diyanet Vakfı (TDV).

Tamu-tamu penting turut menghadiri kegiatan ini, seperti Mufti Provinsi Eskişehir, Dekan Fakultas Teologi Eskişehir Osmangazi Üniversitesi juga para dosen. Mahasiswa Turkiye dan İnternasional juga turut andil dalam memeriahkan acara ini.
Mereka mendapatkan pengalaman baru untuk mempelajari kultur dari kedua negara ini dari mulai sejarah hingga praktek langsung.
Dosen sejarah dan senior Fakultas Teologi, Dr. Öğr Erşahin A. Ayhün mengungkapkan kesannya terhadap acara Batik x Ebru vol. 3 ini.
Baca juga: Warisan Budaya Dunia, Jokowi Ajak Masyarakat Kenakan Batik dengan Bangga
"Awalnya saya tidak mengetahui apapun tentang batik, berkat acara ini saya jadi tahu. Saya juga melihat bagaimana orang-orang Indonesia sangatlah ramah, rajin, dan juga simpatik,” kata dia dalam wawancara dengan PPI Eskişehir, sebagaimana keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (30/10/2024).
Melalui kegiatan ini, sambung Öğr Erşahin A. Ayhün, mereka telah memberi warna pada Fakultas Teologi dan memperkenalkan kultur mereka.
“Di sini saya melihat bahwa dua kultur (Indonesia dan Turkiye) yang berbeda ini ternyata mempunyai peradaban yang sama. Saya sangat senang dan saya harap acara ini dapat berlanjut untuk tahun-tahun berikutnya,” imbuhnya.
Laporan: Nadya Trianah Putri, Mahasiswa S1 Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Anadolu University, Turkiye
- Penulis :
- Ahmad Munjin
- Editor :
- Ahmad Munjin








