Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

Tak Selalu Menyenangkan, Ini 5 Realita Menjadi Anak Bungsu

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

Tak Selalu Menyenangkan, Ini 5 Realita Menjadi Anak Bungsu
Foto: Ilustrasi (Freepik)

Pantau - Pernahkah kita mendengar anggapan bahwa menjadi anak bungsu itu menyenangkan karena segala keinginannya selalu dituruti orang tua? Padahal, kenyataannya tak sedikit anak bungsu yang mengalami tekanan mental, baik dari dirinya sendiri maupun dari keluarga. Tekanan ini bukan tanpa alasan, karena banyak orang tua justru menaruh harapan besar pada anak bungsu agar bisa lebih sukses dibandingkan kakak-kakaknya.

Menurut situs lib.ui.ac.id, anak bungsu adalah anak yang lahir terakhir dalam keluarga dan sering diperlakukan sebagai anak kecil yang selalu membutuhkan perlindungan. Tidak heran jika karakter manja sering kali menjadi ciri khas yang melekat pada kebanyakan anak bungsu.

Berikut ini tim pantau.com merangkum 5 bukti bahwa menjadi anak bungsu bisa menjadi beban berat bagi sebagian orang.

Diharapkan Bisa Menjadi Seperti Kakak

Tidak jarang orang tua membandingkan anak-anak mereka dengan tujuan untuk memotivasi, di mana anak pertama sering dijadikan patokan untuk menuntut adiknya mengikuti jejaknya, baik dalam prestasi akademik maupun non-akademik. Hal ini membuat anak bungsu merasa tidak bisa menjadi dirinya sendiri alhasil banyak dari mereka yang tidak dapat mengembangkan diri karena terlalu tertekan dengan tuntutan orang tua.

Baca juga: Dampak Anak Tidak Dekat dengan Ayah dan Cara Mengatasinya

Jarang Dibelikan Barang Baru dan Selalu Pakai Barang Kakak

Sudah menjadi hal yang umum bahwa anak bungsu sering kali mendapatkan barang bekas dari kakaknya. Anggapan bahwa anak bungsu selalu dimanja oleh orang tua ternyata tidak sepenuhnya benar. Banyak kasus di mana, ketika anak bungsu meminta barang baru seperti handphone, orang tua justru menyuruh kakaknya memberikan barang tersebut kepada adiknya, dan biasanya sang kakak justru disuruh membeli yang baru. Hal ini sering menimbulkan perasaan di hati anak bungsu seolah dirinya tidak disayang, padahal orang tua memberikan barang sesuai dengan kebutuhan, dengan pertimbangan bahwa kebutuhan kakaknya lebih besar daripada adiknya.

Dibanding-bandingkan dengan kakak

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, anak bungsu sering kali dibandingkan dengan saudara yang lebih tua, baik dalam hal pendidikan maupun pencapaian lainnya. Tak jarang, perasaan benci pun muncul akibat seringnya adik dibandingkan dengan kakaknya, yang tentu saja tidak menyenangkan. Padahal, setiap anak memiliki potensi dan bakat unik yang berbeda-beda, dan seharusnya hal itu dihargai tanpa harus dibandingkan secara berlebihan.

Dituntut Mandiri Namun Justru Malah Dikekang

Anak bungsu sering kali dituntut untuk menjadi pribadi yang mandiri, terutama karena orang tua mereka yang sudah semakin menua dan tidak dapat merawat mereka seperti saat merawat kakak-kakaknya. Akibatnya, tak jarang kakak tertua mengambil alih peran orang tua untuk menjaga adiknya. Namun, terkadang kakak justru cenderung mengekang dan bersikap posesif. Meskipun hal ini mungkin didorong oleh rasa khawatir dan kasih sayang, pada kenyataannya hal tersebut bisa membatasi anak bungsu dalam mengekspresikan dirinya.

Baca juga: 5 Tips Parenting Terbaik untuk Orang Tua yang Sibuk Bekerja

Menanggung Ekspektasi besar keluarga

Beban terakhir ini menunjukkan bahwa menjadi anak bungsu tidak selalu menyenangkan. Pada kenyataannya, banyak di antara mereka yang kesulitan menjadi diri sendiri karena tekanan untuk memenuhi ekspektasi orang tua yang menginginkan mereka setara atau bahkan lebih baik dari kakak-kakaknya yang dianggap sukses. Akibatnya, anak bungsu sering kali merasa terbebani untuk mencapai pencapaian yang sama, atau bahkan melebihi, capaian kakaknya.

Kesimpulan 

Menjadi anak bungsu ternyata tidak selalu seindah yang dibayangkan banyak orang. Tekanan untuk mengikuti jejak kakak, kurangnya ruang untuk berekspresi, serta ekspektasi tinggi dari keluarga sering kali menjadikan peran ini lebih berat. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan keluarga untuk lebih memahami potensi serta kepribadian anak sebagai individu yang unik, dan memberikan dukungan yang tepat tanpa menambah beban. Setiap anak memiliki jalannya sendiri menuju kesuksesan, dan menghargai keunikan mereka adalah kunci untuk membantu mereka berkembang secara optimal.

Laporan: Bayu Aji Pamungkas

Penulis :
Latisha Asharani