Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

5 Fakta Kematian Socrates, Akhir dari Seorang Filsuf Terbesar dalam Sejarah

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

5 Fakta Kematian Socrates, Akhir dari Seorang Filsuf Terbesar dalam Sejarah
Foto: Socrates, salah satu filosof terbesar dalam sejarah.(historyskills.com)

Pantau - Socrates, salah satu filosof terbesar dalam sejarah, dikenal karena pemikirannya yang mendalam dan kontribusinya terhadap dunia filsafat. Namun, hidupnya berakhir dengan tragis melalui hukuman mati yang dijatuhkan oleh pengadilan Athena pada tahun 399 SM. Kematian Socrates bukan hanya menjadi bagian penting dalam sejarah filsafat, tetapi juga meninggalkan berbagai pertanyaan tentang kebenaran, keadilan, dan kebebasan berpendapat. Berikut adalah lima fakta penting tentang kematian Socrates yang perlu Anda ketahui.

1. Socrates Dihukum Mati oleh Pengadilan Athena

Kematian Socrates berawal dari tuduhan yang diajukan oleh warga Athena terhadapnya. Ia dituduh "merusak moralitas pemuda" dan "tidak menghormati dewa-dewa kota." Tuduhan tersebut sebagian besar didasarkan pada pandangan Socrates yang mengajarkan filsafat kritis dan mempertanyakan kepercayaan tradisional masyarakat Athena. Pengadilan Athena yang terdiri dari 500 warga memutuskan untuk menghukum Socrates mati setelah ia dinyatakan bersalah dengan suara mayoritas.

2. Socrates Menolak Menghindari Hukuman Mati

Meskipun ada kesempatan untuk melarikan diri atau menerima tawaran pengampunan, Socrates memilih untuk menerima hukuman mati. Dalam karya-karya yang ditulis oleh muridnya, Plato, seperti Apology, Socrates menegaskan bahwa ia tidak ingin menghindari hukum yang sah. Ia berpendapat bahwa hidup tanpa kebebasan berbicara dan berpikir tidaklah berarti, dan dengan menerima hukuman mati, ia memilih untuk tetap setia pada prinsip-prinsipnya. Keputusan ini menunjukkan keberanian dan komitmennya terhadap filsafat dan kebenaran.

Baca juga: Eksplorasi Seni di Socrates Sculpture Park, dari Tempat Pembuangan Sampah jadi Landmark Budaya

3. Dosis Racun Hemlock Sebagai Cara Eksekusi

Setelah dihukum mati, Socrates diberikan pilihan untuk menghindari hukuman dengan melarikan diri, namun ia menolak. Sebagai gantinya, ia harus meminum racun hemlock, sebuah zat beracun yang digunakan sebagai cara eksekusi di Athena. Dalam Phaedo, karya Plato yang menggambarkan saat-saat terakhir Socrates, diceritakan bahwa ia dengan tenang meminum racun itu di hadapan teman-temannya. Racun ini menyebabkan kelumpuhan dan akhirnya kematian, tetapi Socrates tetap tenang hingga detik-detik terakhir hidupnya.

4. Socrates Tidak Menyesali Pilihannya

Meskipun menghadapi kematian yang mengerikan, Socrates tidak menunjukkan rasa takut atau penyesalan atas pilihannya. Dalam Phaedo, Socrates berbicara dengan tenang tentang kematian dan keberadaan jiwa setelah hidup. Ia menganggap kematian bukanlah akhir, melainkan transisi menuju kehidupan yang lebih baik di dunia lain. Filosof ini percaya bahwa jiwa yang baik akan dihargai di dunia akhirat, dan bahwa kematian bukanlah hal yang perlu ditakuti. Pandangan ini menggambarkan kedalaman pemikirannya dan keyakinannya terhadap ajaran-ajaran filsafat yang telah dia ajarkan.

5. Pengaruh Kematian Socrates Terhadap Filsafat Barat

Kematian Socrates memiliki dampak besar terhadap perkembangan filsafat Barat. Pembunuhannya mengilhami banyak filosof setelahnya untuk lebih memperjuangkan kebebasan berpendapat dan mengkritik ketidakadilan. Pengadilan yang memvonisnya mati dianggap sebagai simbol dari ketakutan terhadap pemikiran kritis. Melalui karya-karya Plato, yang sebagian besar mengangkat ajaran-ajaran Socrates, pemikiran filosofis Socrates terus berlanjut dan membentuk dasar bagi banyak pemikiran modern.

Baca juga: 7 Rekomendasi Buku Filsafat untuk Pemula

Kesimpulan

Kematian Socrates bukan hanya sebuah akhir hidup seorang filosof besar, tetapi juga sebuah titik balik dalam sejarah pemikiran manusia. Dengan menghadapi eksekusi dengan keberanian dan keyakinan, Socrates meninggalkan warisan yang tak ternilai dalam dunia filsafat. Ia mengajarkan kita untuk tidak takut menghadapi kematian, melainkan untuk tetap setia pada prinsip-prinsip dan kebenaran yang diyakini. Hingga hari ini, pengaruhnya masih terasa dalam setiap diskusi mengenai etika, kebebasan berpendapat, dan pencarian kebenaran.

Penulis :
Latisha Asharani