Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

3 Ajaran Socrates yang Menginspirasi Stoisisme

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

3 Ajaran Socrates yang Menginspirasi Stoisisme
Foto: Socrates, salah satu filosof terbesar dalam sejarah.(historyskills.com)

Pantau - Socrates merupakan figur penting yang memengaruhi Stoisisme kuno. Zeno, pendiri aliran Stoik, terinspirasi menjadi filsuf setelah membaca Memorabilia karya Xenophon, yang memuat catatan tentang Socrates. Para filsuf Stoik, termasuk Epictetus, sering menyebut Socrates sebagai teladan utama, bahkan menganggap Stoisisme sebagai bagian dari aliran Socrates. 

Berikut adalah tiga ajaran Socrates yang memengaruhi Stoisisme:

1. Bukan Peristiwa yang Mengganggu Kita, tetapi Penilaian Kita terhadapnya

“Manusia terganggu bukan oleh apa yang terjadi, tetapi oleh penilaiannya terhadap hal itu.” – Epictetus, Encheiridion

Gagasan ini, meski sering diasosiasikan dengan Stoisisme, berasal dari Socrates. Dalam dialog Plato dan Xenophon, Socrates menekankan bahwa reaksi emosional kita terhadap suatu peristiwa bergantung pada cara kita memandangnya. Contohnya, dalam The Republic, Socrates berdiskusi dengan Cephalus, seorang lansia yang tetap bahagia di usia senja. Mereka menyimpulkan bahwa kebahagiaan di masa tua bergantung pada sikap mental, bukan pada kondisi fisik.

Socrates juga menunjukkan ketenangan saat menghadapi istrinya, Xanthippe, yang dikenal temperamental. Ia mengajarkan kepada putranya, Lamprocles, untuk fokus pada niat baik ibunya daripada reaksi emosional terhadap perilakunya. Pandangan ini menegaskan bahwa yang memengaruhi ketenangan batin bukanlah tindakan orang lain, tetapi cara kita memandangnya.

Baca juga: 5 Fakta Kematian Socrates, Akhir dari Seorang Filsuf Terbesar dalam Sejarah

2. Meneladani Perilaku Orang Bijak

“Sebelum bertemu seseorang, terutama mereka yang dianggap superior, pikirkan apa yang akan dilakukan Socrates atau Zeno dalam situasi tersebut.” – Epictetus, Encheiridion

Para Stoik menganjurkan untuk menjadikan individu bijak seperti Socrates sebagai teladan. Xenophon mencatat bagaimana Socrates meningkatkan karakter orang-orang di sekitarnya melalui contoh nyata. Bahkan setelah kematiannya, kenangan tentang Socrates terus memberikan inspirasi bagi para muridnya.

Socrates percaya bahwa persahabatan dengan individu bijak jauh lebih berharga dibandingkan harta benda. Ia mengajarkan bahwa keutamaan dapat diperoleh dengan mengamati dan meniru perilaku orang-orang yang hidup dengan kebijaksanaan dan moralitas tinggi. Hal ini memperlihatkan bahwa tindakan nyata lebih berpengaruh daripada sekadar teori.

3. Hidup yang Tidak Diuji Tidak Layak Dijalani

“Hidup yang tidak diuji tidak layak dijalani.” – Socrates

Stoik menekankan pentingnya refleksi diri secara terus-menerus untuk mengasah kemampuan berpikir rasional. Prinsip ini, yang juga ditekankan oleh Socrates, membantu individu mengidentifikasi kelemahan dan memperbaiki karakter. Epictetus menghubungkan hal ini dengan disiplin pikiran, yaitu melatih diri untuk menilai segala sesuatu secara objektif sebelum memberikan penilaian emosional.

Socrates mengajarkan bahwa kita sering salah mencari kebahagiaan di luar diri, seperti pada kekayaan atau reputasi. Sebaliknya, kebahagiaan sejati ditemukan dalam keutamaan moral. Dengan mempertanyakan keyakinan dan keputusan sehari-hari, kita dapat menjalani hidup yang lebih bijaksana dan bermakna.

Baca juga: Eksplorasi Seni di Socrates Sculpture Park, dari Tempat Pembuangan Sampah jadi Landmark Budaya

Ajaran Socrates memberikan fondasi penting bagi Stoisisme. Dari memandang peristiwa secara objektif, meneladani individu bijak, hingga refleksi diri yang mendalam, nilai-nilai ini membantu Stoik menciptakan kehidupan yang lebih tenang dan berbudi. Filosofi ini tetap relevan hingga kini, mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati ada dalam cara kita berpikir dan bertindak.

Penulis :
Latisha Asharani

Terpopuler