billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Lifestyle

4 Alat Musik Tradisional Sulawesi Tenggara yang Penuh Makna dan Sejarah

Oleh Latisha Asharani
SHARE   :

4 Alat Musik Tradisional Sulawesi Tenggara yang Penuh Makna dan Sejarah
Foto: Kanda-kanda Wuta, salah satu alat musik tradisional asal Sulawesi Tenggara. (Dok. Perpustakaan Digital Budaya Indonesia/budaya-indonesia.org)

Pantau - Sulawesi Tenggara, sebuah provinsi yang terletak di bagian tenggara pulau Sulawesi, tidak hanya dikenal dengan keindahan alamnya, seperti Taman Nasional Wakatobi yang memikat, tetapi juga dengan warisan budaya yang kaya, salah satunya melalui kesenian musik tradisionalnya. Provinsi dengan ibu kota Kendari ini memiliki beragam alat musik yang tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga kaya akan makna budaya yang mendalam. Alat-alat musik tradisional ini menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Sulawesi Tenggara, baik untuk hiburan maupun dalam konteks upacara adat yang sakral.

Sejarah alat musik di Sulawesi Tenggara bahkan sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, dengan beberapa jenis alat musik yang masih digunakan hingga saat ini. Menariknya, beberapa alat musik ini memiliki usia yang sangat tua, bahkan ada yang sudah ada sejak 1000 tahun sebelum Masehi (SM). Di masa lalu, alat musik tradisional ini tidak hanya digunakan untuk hiburan, tetapi juga memiliki peran penting dalam upacara-upacara adat yang dianggap suci. Beberapa di antaranya digunakan sebagai pengiring ritual untuk memohon keselamatan atau sebagai tanda keberhasilan panen. Namun, seiring berjalannya waktu, keberadaan beberapa alat musik tradisional ini semakin memudar, tergerus oleh perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Meskipun demikian, alat musik ini tetap menjadi bagian dari identitas budaya Sulawesi Tenggara yang perlu dilestarikan.

Baca juga: 10 Alat Musik Unik di Dunia: Keajaiban dan Suara yang Memikat

Berikut adalah beberapa contoh alat musik tradisional asal Sulawesi Tenggara yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang sangat tinggi:

1. Lado-lado

Lado-lado (Facebook Pelangi Indonesia)

Lado-lado adalah alat musik petik tradisional dari Sulawesi Tenggara yang bentuknya mirip dengan gitar atau gambus. Terbuat dari kayu, lado-lado dilengkapi dengan empat senar yang direntangkan di atas badan kayu berbentuk oval. Alat musik ini dimainkan dengan cara digesek, mirip dengan biola. Lado-lado digunakan dalam berbagai upacara adat, seperti ritual keagamaan dan sebagai hiburan masyarakat setempat. Walaupun kini sangat jarang ditemukan, lado-lado masih dapat dilihat di beberapa museum sebagai simbol warisan budaya Sulawesi Tenggara.

2. Kanda-kanda Wuta

Kanda-kanda Wuta (Dok. Perpustakaan Digital Budaya Indonesia/budaya-indonesia.org)

Kanda-kanda Wuta merupakan alat musik tradisional milik masyarakat suku Tolaki yang berasal dari Desa Meluhu, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Alat musik ini berbentuk gendang yang terbuat dari tanah liat dan dimainkan dengan cara dipukul. Kanda-kanda Wuta sudah ada sejak abad ke-5 dan digunakan dalam berbagai ritual adat. Salah satunya adalah ritual penentuan masa tanam padi, di mana Kanda-kanda Wuta dipercaya dapat menentukan keberhasilan panen berdasarkan apa yang ditemukan di dalam lubang tanahnya. Selain itu, alat musik ini juga digunakan dalam ritual mohoakoi, sebuah tradisi yang digunakan oleh dukun untuk berkomunikasi dengan leluhur.

Baca juga: Museum Mulawarman jadi Tuan Rumah Pameran Alat Musik Tradisional Nusantara

3. Baasi

Baasi (pariwisataindonesia.id)

Baasi adalah alat musik bambu yang berasal dari suku Toloaki Mekongga di Sulawesi Tenggara. Alat musik ini terbuat dari bambu betung yang dipotong-potong dan diberi lubang pada bagian tertentu. Baasi terdiri dari sepuluh potong bambu dengan ukuran yang bervariasi, yang menghasilkan suara dengan nada tenor dan bass. Baasi biasa digunakan untuk mengiringi tarian tradisional dan nyanyian masyarakat setempat. Meski pernah populer pada era 1970-an, Baasi kini semakin jarang digunakan seiring dengan perkembangan alat musik modern.

4. Dimba Nggowuna

Dimba Nggowuna (Tangkapan layar YouTube Takkedo)

Dimba Nggowuna adalah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu dan rotan. Ukurannya sekitar 40 hingga 45 cm dan biasanya dimainkan dengan cara dipukul. Di masa lalu, Dimba Nggowuna dimainkan oleh perempuan ketika mereka selesai melakukan pekerjaan tenun atau saat sedang beristirahat. Alat musik ini dipercaya sudah ada sejak zaman Neolitikum, sekitar 1.000 hingga 2.000 SM, dan memiliki bunyi khas yang memberikan sensasi tersendiri bagi pendengarnya. Namun, seiring perkembangan zaman, alat musik ini semakin terlupakan oleh masyarakat.

Baca juga: Ini 5 Alat Musik Khas Kalimantan Timur, Calon Ibu Kota Baru Indonesia

Penutup

Meskipun tantangan zaman modern semakin besar, penting bagi generasi muda untuk mengenal dan melestarikan alat musik tradisional ini agar tidak punah ditelan oleh perkembangan zaman.

Upaya pelestarian budaya dapat dilakukan melalui pendidikan budaya, pementasan seni, dan pembuatan dokumentasi yang lebih mudah diakses oleh publik. Dengan demikian, alat musik tradisional ini tetap hidup, berkembang, dan dihargai sebagai bagian dari warisan bangsa Indonesia.

Dengan pemahaman yang lebih dalam mengenai alat musik tradisional Sulawesi Tenggara, diharapkan generasi mendatang dapat terus menjaga dan merawat kekayaan budaya yang telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Sehingga, keberadaan alat musik ini akan terus menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sulawesi Tenggara yang kaya akan tradisi dan sejarah.

Penulis :
Latisha Asharani