
Pantau - Siapa yang tidak mengenal Harvard? Universitas bergengsi ini menjadi impian banyak mahasiswa di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Salah satu mahasiswi asal Indonesia yang berhasil menembus pintu gerbang Harvard adalah Waitatiri, atau akrab disapa Wai. Ia tidak hanya sukses menempuh pendidikan di sana, tetapi juga menciptakan karya yang kini dijadikan bahan ajar di beberapa sekolah, termasuk di Harvard sendiri.
Waitatiri adalah perempuan asal Jakarta yang memiliki latar belakang pendidikan yang mengesankan. Ia menyelesaikan studi S1 di Universitas Indonesia dengan jurusan Sastra Jerman pada tahun 2016. Setelah lulus, Wai menghabiskan waktu selama enam tahun untuk bekerja di berbagai perusahaan, terutama di bidang pemasaran kreatif dan penulisan. Meskipun sudah memiliki karir yang baik, ia merasa ada panggilan untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi.
Keinginan untuk memperjuangkan pendidikan informal bagi anak-anak Indonesia mendorongnya untuk mendaftar ke Harvard Graduate School of Education dengan jurusan Learning Design, Innovation, and Technology. Dengan tekad yang kuat dan berbekal beasiswa LPDP dari Kementerian Keuangan Indonesia, Wai berhasil diterima di universitas tersebut.
Karya yang Menginspirasi: "The Missing Colours"
Selama menempuh pendidikan di Harvard, Waitatiri mengerjakan proyek akhir yang sangat berarti baginya. Ia memilih topik tentang bullying, sebuah isu yang sangat relevan dan mendesak untuk diselesaikan, terutama di Indonesia. Dari proyek tersebut lahirlah buku berjudul The Missing Colours, yang ditujukan untuk membantu anak-anak memahami dan mengatasi masalah bullying.
Buku ini tidak hanya menjadi karya akademis semata; ia juga dipilih sebagai salah satu bahan ajar di Harvard dan beberapa sekolah lain di Amerika Serikat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kontribusi Wai dalam menciptakan sumber daya pendidikan yang dapat membantu anak-anak menghadapi tantangan sosial.

Menjadi mahasiswa internasional di Harvard bukanlah hal yang mudah. Waitatiri harus beradaptasi dengan sistem pendidikan yang berbeda dan lingkungan baru. Ia sempat mengalami ketakutan dan kecemasan saat awal-awal kuliah karena jauh dari keluarga dan teman-teman. Namun, seiring berjalannya waktu, ia berhasil menemukan ritme belajarnya.
Wai juga berbagi pengalaman menarik saat membuat ID card di Massachusetts Institute of Technology (MIT), tempat ia mengambil beberapa kelas tambahan. Petugas kampus terkejut dengan namanya yang hanya terdiri dari satu suku kata, sehingga mereka menambahkan simbol titik untuk mengisi kolom nama belakangnya. Momen lucu ini membuatnya semakin dekat dengan budaya baru dan membuka kesempatan untuk berbagi cerita tentang Indonesia.
Visi dan Misi untuk Pendidikan Anak-Anak
Waitatiri memiliki visi besar untuk meningkatkan akses pendidikan bagi anak-anak Indonesia. Ia percaya bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan berkualitas tanpa terhalang oleh kondisi sosial atau ekonomi. Dalam upayanya, Wai menginisiasi program "Ponsel untuk Sekolah" yang bertujuan memberikan akses teknologi bagi anak-anak kurang mampu agar mereka bisa belajar secara daring.
Dengan latar belakangnya dalam pemasaran dan penulisan, Wai berkomitmen untuk terus menciptakan konten edukatif yang menarik dan mudah dipahami oleh anak-anak. Ia ingin memastikan bahwa setiap anak memiliki kesempatan untuk belajar dengan cara yang menyenangkan.
Karya The Missing Colours telah memberikan dampak positif tidak hanya bagi siswa-siswa di Amerika Serikat tetapi juga bagi banyak anak-anak di Indonesia. Buku ini menjadi alat bantu bagi para pendidik dalam mengajarkan nilai-nilai empati dan toleransi kepada anak-anak, serta membantu mereka memahami konsekuensi dari bullying.
Selain itu, keberhasilan Wai dalam menembus dunia akademis internasional juga menjadi inspirasi bagi banyak mahasiswa Indonesia lainnya. Ia menunjukkan bahwa dengan tekad dan kerja keras, impian untuk belajar di luar negeri dapat terwujud.
Perjalanan Waitatiri dari seorang mahasiswi biasa hingga menjadi penulis buku yang dijadikan bahan ajar di Harvard adalah contoh nyata dari dedikasi dan semangat juang seorang perempuan muda asal Indonesia. Melalui karyanya, ia tidak hanya memperjuangkan hak-hak anak tetapi juga membuka jalan bagi generasi penerus untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
Semoga kisah inspiratif ini dapat memicu semangat para pembaca untuk terus berjuang mengejar impian mereka, serta memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Dengan sosok seperti Waitatiri, masa depan pendidikan di Indonesia terlihat lebih cerah!
- Penulis :
- Pranayla Mauli Fathiha