
Pantau.com - Rasa manis pada krimer atau susu kental manis memang jadi daya tarik minuman tersebut. Namun susu kental manis tidak dianjurkan terlalu sering dikonsumsi.
Berdasarkan Riset yang dilakukan Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia (YAICI) bersama dengan PP Aisyiyah, mengonsumsi susu kental manis justru jadi pemicu peningkatan kasus gizi buruk pada anak.
Ketua Harian YAICI Arif Hidayat mengatakan, riset itu dilakukan di daerah dengan angka kekerdilan (stunting) tertinggi, yaitu Aceh (Banda Aceh, Pidi, Aceh Tengah), Kalteng (Palangkaraya, Kota Waringin Timur, Barito Timur), dan Sulut (Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondaw Utara, Manado).
Baca juga: Ahli Gizi: Anak yang Sulit Makan Harus Diberi Perhatian Khusus
“Riset dilakukan untuk mengetahui kebiasaan konsumsi susu kental manis atau krimer kental manis dan dampaknya terhadap gizi buruk,” kata Arif di Jakarta, Rabu (27/11/2019).
Riset itu menyimpulkan adanya temuan kasus gizi buruk dan gizi kurang pada usia bayi dan balita yang mengonsumsi krimer setiap hari.
“Dari 1.835 anak yang terdata, sebanyak 12 persen mengalami gizi buruk, 23,7 persen gizi kurang. Anak yang berstatus gizi buruk ditemukan pada anak usia 5 tahun sebanyak 28,8 persen, dan gizi kurang pada anak usia 3 tahun 32,7 persen,” katanya.
Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah Chairunnisa mengatakan angka itu cukup tinggi di tengah masifnya upaya promosi edukasi kesehatan anak dan keluarga yang dilakukan oleh pemerintah, akademisi, dan kalangan swasta.
Ia mengatakan masyarakat masih menganggap krimer sebagai susu karena adanya penyampaian iklan yang salah dari produsen. Melalui iklan krimer sejak 1992 yang menyesatkan, masyarakat di tanah air sudah terbiasa dengan informasi bahwa krimer adalah susu yang menyehatkan.
Apalagi kerap kali iklan itu memvisualisasikan balita dan keluarga harmonis yang seakan-akan mengasumsikan bahwa susu kental manis itu minuman bernutrisi.
"Karenanya, perlu kerja sama semua pihak untuk memutuskan mata rantai salah persepsi masyarakat terhadap susu kental manis," ucapnya.
Rian Anggraeni dari Direktorat Gizi Masyarakat Kemenkes menegaskan krimer tidak cocok untuk anak di bawah usia 3 tahun yang masih membutuhkan lemak dan protein tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Wulan Sadat dari BPOM menambahkan bahwa krimer sama sekali bukan susu produk hewani yang bergizi tinggi. Karena, menurutnya, krimer dibuat dengan cara menguapkan sebagian air dari susu segar (50 persen) dan ditambah dengan gula 45-50 persen.
Baca juga: Ahli Gizi Sebut Ibu Hamil dan Menyusui Bisa Alami Keropos Tulang, karena...
"Jadi bukan lagi menjadi minuman bergizi utama balita. Susu kental manis itu hanya cocok sebagai toping untuk pelengkap makanan," katanya.
Dia juga menegaskan bahwa anggapan krimer sebagai pengganti ASI merupakan persepsi yang keliru.
Wulan juga menyampaikan apresiasi atas penelitian YAICI bersama dengan PP Aisyiyah yang menemukan bahwa susu kental manis juga telah menyebabkan gizi buruk terhadap anak-anak berusia 3 dan 5 tahun. "Ini akan menjadi masukan dan kajian bagi kami dalam membuat peraturan terkait susu kental manis ke depan," tutur Wulan.
- Penulis :
- Lilis Varwati