Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Amien Rais Sebut Jokowi dan Luhut Idap Megalomania

Oleh Desi Wahyuni
SHARE   :

Amien Rais Sebut Jokowi dan Luhut Idap Megalomania

Pantau.com - Ketua Majelis Syuro Partai Ummat Amien Rais menyarankan Presiden  Joko Widodo (Jokowi) dan Luhut Binsar Pandjaitan (LBP) untuk memeriksakan diri ke psikolog guna mengecek apakah betul mengidap sindrom narsistik megalomania. 

"Sekali lagi ini maaf ya, Kalian berdua ini harus mengaca diri. Tanya psikolog-psikolog yang objektif, apakah kira-kira sedang menderita narsistik megalomania tadi. Kalau iya, tentu memohon ampun kepada Allah atau Tuhan, karena ini bisa membawa bahaya luar biasa," ujar Amien Rais dalam akun YouTube Amien Rais Official pada durasi 13.44 detik.

Saat dikonfirmasi kepada Jubir Luhut, Jodi Mahardi. mengaku heran dengan perkataan Amien Rais.

"Yang harus ke psikolog itu para politikus yang nggak bisa menyampaikan pendapat secara beradab," ujar Jodi saat dimintai konfirmasi, Sabtu, 2 April 2022.

Jodi menjelaskan seharusnya Amien mendidik generasi muda menjadi manusia beradab, bukan justru sebaliknya. Perkataan pemimpin partai oposisi tersebut menjadi sorotan publik karena dinilai terlalu menohok kepada Jokowi dan LBP.

"Bukannya mendidik generasi muda jadi manusia beradab, malah sebaliknya. Yang paranoid itu yang nggak bisa nerima bahwa demokrasi bukan cuma maunya dia," imbuhnya.

Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Amien Rais memaparkan di YouTube, isu Jokowi tiga periode seperti mempertontonkan sandiwara politik. 

"Yang dipertontonkan oleh duet Jokowi-luhut, maaf makin lama, makin menggila. Makin ‘ugal-ugalan’,” kata Amien dalam akun YouTube Amien Rais Official yang dikutip Pantau.com pada Senin, 4 April 2022.

Amien menyebut Jokowi sebagai pemimpin sudah tidak kompeten. Dalam risalah kebangsaan yang pernah ia tulis, pemimpin yang baik itu paham kapan juga harus mundur.

"Tidak tahu kapan dia harus mundur. Pemimpin yang baik itu harus tahu persis kapan dia harus mundur," tutur mantan pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) tahun 1998 era reformasi ini. 

Amien mengatakan merujuk Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, masa jabatan Presiden RI maksimal dua periode. Namun, ia menilai dinamika politik saat ini seperti ada upaya memaksakan ada sidang MPR khusus dengan dalih amandemen terbatas untuk Pokok-Pokok Haluan Negara (PPHN). Merujuk hal tersebut hingga keluarlah dari mulut Amien Rais pemimpin saat ini mengidap Megalomania narsistik.

Apa itu Megalomania narsistik? 

Megalomania merupakan salah satu gangguan kejiwaan yang ditandai dengan fantasi haus kekuasaan. Istilah megalomania lebih populer disebut gangguan kepribadian narsistik (Narcissistic Personality Disorder/NPD). Secara umum, masyarakat lebih mengenal dengan narsis atau seseorang yang narsisme.

Megalomania merupakan salah satu gangguan kejiwaan yang ditandai dengan fantasi haus kekuasaan. Istilah megalomania lebih populer disebut gangguan kepribadian narsistik (Narcissistic Personality Disorder/NPD). Secara umum, masyarakat lebih mengenal dengan narsis atau seseorang yang narsisme.

Adapun gejala gangguan kepribadian narsisistik harus memenuhi lima atau lebih dari gejala berikut ini:

1. Punya rasa mementingkan diri sendiri

2. Disibukkan dengan fantasi keberhasilan yang tak terbatas, kekuatan, kecemerlangan, keindahan atau cinta yang ideal

3. Percaya bahwa dirinya sendiri "istimewa" dan unik

4. Punya kekaguman yang berlebihan

5. Mengeksploitasi orang lain, misal mengambil keuntungan dari orang lain untuk mencapai tujuannya sendiri

6. Kurangnya empati. Contohnya, tidak mau mengenali atau mengidentifikasi perasaan dan kebutuhan orang lain

7. Sering iri pada orang lain atau percaya bahwa orang lain iri padanya

8. Secara teratur menunjukkan perilaku atau sikap sombong dan angkuh

Ahli klinis Steve Bressert memaparkan, orang-orang yang didera megalomania punya kebutuhan yang luar biasa terhadap kekaguman. Biasanya mereka kurang empati terhadap orang lain.

"Orang-orang dengan gangguan ini sering percaya bahwa mereka sangat penting dalam kehidupan setiap orang. Dan bagi siapa saja yang mereka temui. Sementara pola perilaku ini mungkin cocok untuk seorang raja di Inggris abad ke-16," papar Steve, dikutip dari Psychcentral.


Penulis :
Desi Wahyuni