
Pantau.com - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memenuhi undangan Rektor Universitas Indonesia (UI) untuk memberikan kuliah umum di Balai Sidang UI, Depok, Selasa, 12 April 2022.
Usai memberikan kuliah umum, Luhut sudah ditunggu oleh mahasiswa UI yang menggelar unjuk rasa di depan Balai UI. Luhut pun mendatangi para mahasiswa.
"Saya lalu memutuskan untuk menemui dan mendengarkan secara langsung apa yang jadi "concern" mereka. Saya anggap semua aspirasi tersebut adalah bagian dari proses kita berdemokrasi, seperti halnya unjuk rasa yang berlangsung di depan Gedung Parlemen, kemarin," ujar Luhut yang disampaikan di akun Instagram resminya.
Luhut mengatakan, hanya ingin berpesan kepada mahasiswa agar mulai terbiasa dengan perbedaan pendapat di negara demokrasi ini. Sebagai insan yang hidup di alam demokrasi, kata Luhut, semua harus bisa untuk saling mendengarkan, tanpa perlu ribut-ribut, apalagi sampai melakukan kekerasan.
"Sebagai orang tua, besar harapan saya bahwa kelak mereka yang memimpin bangsa ini bisa menyadari bahwa apa pun perbedaan pendapat yang hadir di tengah-tengah masyarakat, harus kita sikapi dengan arif dan bijaksana," kata Luhut.
Terjadi perdebatan cukup sengit antara Luhut dengan mahasiswa di kampus UI. Berikut isi perdebatannya:
Mahasiswa: Terkait wacana penundaan pemilu dan perpanjangan jabatan presiden, harus terus untuk ditegaskan oleh pemerintah menolak wacana tersebut. Kita baca di media, bahwa Bapak Luhut Binsar Pandjaitan menyuruh ketua partai untuk mewacanakan penundaan pemilu. Kita minta Bapak klarifikasi dan kita minta Bapak buka big data, apakah Bapak berani, Pak? Silakan, Pak.
Luhut: Begini. Siapa yang bilang saya minta presiden 3 periode?
Mahasiswa: Kita baca di media, Pak. Kita baca di Tempo, CNN.
Luhut: Saya enggak pernah bilang.
Mahasiswa: Berarti Bapak menolak wacana penundaan pemilu, Pak?
Luhut: Dengerin, dengerin ya, jangan marah-marah. Saya tidak pernah mengatakan presiden 3 periode. Tidak pernah. Yang pernah saya katakan, banyak di bawah itu minta pemilu ditunda. Kamu ngomong gini salah? Enggak kan.
Mahasiswa: Ada buktinya enggak, Pak? Ada datanya enggak? Buka big data. Atau Bapak yang minta?
Luhut: Ada di saya. Dengerin, kan saya punya hak juga untuk tidak men-share sama kalian, tidak ada masalah kenapa harus ribut, beda pendapat itu biasa. Kamu harus belajar berdemokrasi ke depan, bahwa kamu dengan istrimu, pacarmu saja bisa beda pendapat, tidak perlu emosional.
Mahasiswa: Tapi Bapak ini pejabat publik, Pak!
Luhut: Saya punya anak juga mahasiswa, jadi kalian jangan emosional. Kalian dengerin juga. Jadi saya mau ngomong, kita itu beda pendapat silakan. Nanti dengan istrimu beda pendapat tidak harus berantem.
Mahasiswa: Kita sepakat mungkin kita berbeda pendapat dalam demokrasi, tapi Bapak pejabat publik, perlu mempertanggungjawabkan big data ke kita semua.
Luhut: Apa kewajiban saya mempertanggungjawabkan saya punya data.
Mahasiswa: Itu informasi sudah beredar. Seakan-akan pejabat publik mengizinkan 3 periode, penundaan pemilu.
Luhut: Kamu berasumsi, tidak boleh. Sudah dijawab sama Presiden, Presiden sudah bilang pemilu tetap 14 Februari 2024.
Mahasiswa: Jadi apakah benar ada big data? Atau penundaan pemilu atas keinginan siapa?
Luhut: Saya bilang saya yang ngomong, enggak ada yang lain. Saya hanya sampaikan ini ada data begini.
Mahasiswa: Kita minta dibuka saja, kawan-kawan.
Luhut: Kalau sepakat saya enggak sepakat boleh kan? Kita boleh beda pendapat enggak?
Mahasiswa: Nah itu tujuan kami untuk menuntut Bapak harus buka big data.
Luhut: Dengerin kamu, Anak Muda, kamu enggak berhak juga nuntut saya, karena saya juga punya hak untuk memberitahu.
Mahasiswa: Otoriter nih?
Luhut: Kalau otoriter saya enggak dateng ke kamu. Kamu mau jadi besar, saya nasehatin kamu.
- Penulis :
- Aries Setiawan