
Pantau - Adalah Kunto seorang satpam yang dihampiri sopir truk Pertamina menangis tak henti-hentinya setelah menabrak belasan orang di Jalan Transyogie Cibubur, Jawa Barat.
Sang sopir tak kuasa menahan tangis usai menyeruduk sejumlah motor dan mobil yang tengah berhenti di lampu merah. Ia menangis histeris usai melihat puluhan orang bergelimpangan hingga bersimbah darah di jalanan persis dibawah kolong truk yang ia kendarai.
"Saya kaget, ada orang badannya tinggi gede, lari ke saya. Nggak tahunya itu sopir," kata Kunto saat ditemui di lokasi, Rabu (20/7/2022).
Kunto mengatakan sopir truk Pertamina itu langsung meminta dirinya segera diantarkan ke kantor polisi.
"Dia bilang 'gimana nasib anak istri saya nanti, Pak. Saya nggak tega lihat korban begitu banyaknya. Pokoknya saya mau sekarang juga bapak anterin saya ke Polsek', dia bilang gitu," Kunto menirukan kembali ucapan sopir truk.
Kunto tak ingin gegabah mengambil tindakan. Ia meminta sopir tersebut tenang. Namun, sopir truk tangki Pertamina itu tak berhenti menangis sambil berteriak untuk dibawa ke Polsek.
"Saya bentak 'udah tenang dulu, tarik napas yang panjang, istigfar', saya bilang gitu. Langsung sudah tenang ikut saya ke pos dulu 'tapi bawa saya ke Polsek'. 'Sudah entar dulu, udah ikut dulu masuk ke dalam'. Semua (ada) prosedurnya, nanti saya serahkan," ucapnya.
Dikunci di Pos
Tak hanya sopir, lanjut Kunto, kernet truk Pertamina juga datang untuk dibawa ke Polsek. Lantaran belum ada petugas kepolisian di lokasi, ia mengunci kedua orang tersebut di pos menghindari kejadian tak diinginkan.
"Sopirnya saya suruh diam, 'Jangan teriak-teriak, jangan apa. Nanti kalau ada warga yang tahu situ sopirnya, takutnya warga pada marah'. Makanya saya tenangin diri dulu," jelas Kunto.
"Akhirnya sopir tersebut saya bawa ke pos saya amanin, saya kunci saya suruh diam. Saya bilang ke teman saya, 'udah tungguin saja di pos. Jagain sopirnya jangan sampai kabur', saya bilang gitu. Saya kembali ngatur jalan raya biar nggak macet," sambungnya.
Selang 20-30 menit setelah kejadian, pihak polisi datang ke lokasi. Ia lantas menyerahkan dua orang tersebut untuk diamankan.
"Sopirnya saya serahkan di pos saya. Nggak lama selang 10-15 menit ambulans datang, kita pada evakuasi jenazah yang bisa diselamatkan, yang korban diangkut sambil nunggu crane," ucapnya.
Kecelakaan maut itu merenggut 10 nyawa. Dugaan sementara, kecelakaan terjadi karena rem blong. Namun polisi juga tegah menganalisis adanya faktor kondisi jalan yang diduga memicu kecelakaan maut tersebut.
Pasalnya, lokasi kecelakaan maut ini berada di jalan turunan dan dipasangi traffic light atau lampu merah. Menurut polisi, lampu merah di lokasi tersebut tidak layak.
Sang sopir tak kuasa menahan tangis usai menyeruduk sejumlah motor dan mobil yang tengah berhenti di lampu merah. Ia menangis histeris usai melihat puluhan orang bergelimpangan hingga bersimbah darah di jalanan persis dibawah kolong truk yang ia kendarai.
"Saya kaget, ada orang badannya tinggi gede, lari ke saya. Nggak tahunya itu sopir," kata Kunto saat ditemui di lokasi, Rabu (20/7/2022).
Kunto mengatakan sopir truk Pertamina itu langsung meminta dirinya segera diantarkan ke kantor polisi.
"Dia bilang 'gimana nasib anak istri saya nanti, Pak. Saya nggak tega lihat korban begitu banyaknya. Pokoknya saya mau sekarang juga bapak anterin saya ke Polsek', dia bilang gitu," Kunto menirukan kembali ucapan sopir truk.
Kunto tak ingin gegabah mengambil tindakan. Ia meminta sopir tersebut tenang. Namun, sopir truk tangki Pertamina itu tak berhenti menangis sambil berteriak untuk dibawa ke Polsek.
"Saya bentak 'udah tenang dulu, tarik napas yang panjang, istigfar', saya bilang gitu. Langsung sudah tenang ikut saya ke pos dulu 'tapi bawa saya ke Polsek'. 'Sudah entar dulu, udah ikut dulu masuk ke dalam'. Semua (ada) prosedurnya, nanti saya serahkan," ucapnya.
Dikunci di Pos
Tak hanya sopir, lanjut Kunto, kernet truk Pertamina juga datang untuk dibawa ke Polsek. Lantaran belum ada petugas kepolisian di lokasi, ia mengunci kedua orang tersebut di pos menghindari kejadian tak diinginkan.
"Sopirnya saya suruh diam, 'Jangan teriak-teriak, jangan apa. Nanti kalau ada warga yang tahu situ sopirnya, takutnya warga pada marah'. Makanya saya tenangin diri dulu," jelas Kunto.
"Akhirnya sopir tersebut saya bawa ke pos saya amanin, saya kunci saya suruh diam. Saya bilang ke teman saya, 'udah tungguin saja di pos. Jagain sopirnya jangan sampai kabur', saya bilang gitu. Saya kembali ngatur jalan raya biar nggak macet," sambungnya.
Selang 20-30 menit setelah kejadian, pihak polisi datang ke lokasi. Ia lantas menyerahkan dua orang tersebut untuk diamankan.
"Sopirnya saya serahkan di pos saya. Nggak lama selang 10-15 menit ambulans datang, kita pada evakuasi jenazah yang bisa diselamatkan, yang korban diangkut sambil nunggu crane," ucapnya.
Kecelakaan maut itu merenggut 10 nyawa. Dugaan sementara, kecelakaan terjadi karena rem blong. Namun polisi juga tegah menganalisis adanya faktor kondisi jalan yang diduga memicu kecelakaan maut tersebut.
Pasalnya, lokasi kecelakaan maut ini berada di jalan turunan dan dipasangi traffic light atau lampu merah. Menurut polisi, lampu merah di lokasi tersebut tidak layak.
- Penulis :
- Desi Wahyuni