Pantau - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan truk trailer yang mengalami kecelakaan di depan SDN Kota Baru II dan II Bekasi, Rabu kemarin (31/8/2022), layak jalan.
Begitu juga pada sistem pengereman, truk yang dikendarai AS (30) itu tidak ada masalah.
"Dari hasil pemeriksaan, semua sistem rem bekerja bagus, tidak ada kerusakan sama sekali. Secara keseluruhan layak jalan, tidak ada masalah," ujar Senior Investigator KNKT Ahmad Wildan, Kamis (1/9/2022).
Selain itu, kata Wildan, dari hasil pemeriksaan, sang sopir saat itu menggunakan gigi 7 ketika sedang melaju di jalan turunan.
"Muatan besinya seberat 55 ton, sehingga dengan muatan tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan pengereman. Saat pengereman tidak bisa mengakomodasi muatan sebanyak itu," kata Wildan.
Wildan mengungkapkan, muatan yang diangkut truk itu melebihi kapasitas. Seharusnya, truk itu mengakut muatan maksimal seberat 20 ton. Sementara, saat peristiwa itu, truk sedang mengangkut besi seberat 55 ton.
"Itu kan muatan 55 ton, paling muatan maksimalnya 20 ton. Saya lihat delivery order, segitu muatannya. Kalau misal dia mengangkut 20 ton, kalau sesuai dia enggak lebih muatan. Kelebihannya itu dua kali lipat dari yang seharusnya dibawa," jelasnya.
Wildan mengatakan sopir tidak mengerti jumlah muatan yang dibawanya. Dia hanya menjalankan perintah tugas. "Dia cuma disuruh bawa," imbuhnya.
Sebelumnya, kecelakaan maut terjadi di Jalan Sultan Agung, Kranji, Kota Bekasi, Rabu siang.
Sebuah truk trailer menabrak halte di depan SDN Kota Baru II dan III Bekasi Barat yang menyebabkan tiang telekomunikasi roboh kemudian menimpa orang dan kendaraan di bawahnya.
Kecelakaan maut tersebut mengakibatkan 10 orang tewas dan 33 luka-luka. Tujuh di antara korban tewas adalah murid SD. Korban dievakuasi ke RSUD Kota Bekasi dan RS Ananda. Saat ini seluruh korban sudah diserahkan ke keluarga masing-masing.
Begitu juga pada sistem pengereman, truk yang dikendarai AS (30) itu tidak ada masalah.
"Dari hasil pemeriksaan, semua sistem rem bekerja bagus, tidak ada kerusakan sama sekali. Secara keseluruhan layak jalan, tidak ada masalah," ujar Senior Investigator KNKT Ahmad Wildan, Kamis (1/9/2022).
Selain itu, kata Wildan, dari hasil pemeriksaan, sang sopir saat itu menggunakan gigi 7 ketika sedang melaju di jalan turunan.
"Muatan besinya seberat 55 ton, sehingga dengan muatan tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan pengereman. Saat pengereman tidak bisa mengakomodasi muatan sebanyak itu," kata Wildan.
Wildan mengungkapkan, muatan yang diangkut truk itu melebihi kapasitas. Seharusnya, truk itu mengakut muatan maksimal seberat 20 ton. Sementara, saat peristiwa itu, truk sedang mengangkut besi seberat 55 ton.
"Itu kan muatan 55 ton, paling muatan maksimalnya 20 ton. Saya lihat delivery order, segitu muatannya. Kalau misal dia mengangkut 20 ton, kalau sesuai dia enggak lebih muatan. Kelebihannya itu dua kali lipat dari yang seharusnya dibawa," jelasnya.
Wildan mengatakan sopir tidak mengerti jumlah muatan yang dibawanya. Dia hanya menjalankan perintah tugas. "Dia cuma disuruh bawa," imbuhnya.
Sebelumnya, kecelakaan maut terjadi di Jalan Sultan Agung, Kranji, Kota Bekasi, Rabu siang.
Sebuah truk trailer menabrak halte di depan SDN Kota Baru II dan III Bekasi Barat yang menyebabkan tiang telekomunikasi roboh kemudian menimpa orang dan kendaraan di bawahnya.
Kecelakaan maut tersebut mengakibatkan 10 orang tewas dan 33 luka-luka. Tujuh di antara korban tewas adalah murid SD. Korban dievakuasi ke RSUD Kota Bekasi dan RS Ananda. Saat ini seluruh korban sudah diserahkan ke keluarga masing-masing.
- Penulis :
- Aries Setiawan
