
Pantau - Imelda menaruh harapan keadilan untuk anak kandungnya yang diduga diperkosa secara bergilir oleh oknum Kepala Sekolah, Pimpinan Administrasi hingga Tukang Sapu.
Kata Imelda dalam video yang diunggah Hotman Paris Hutapea Rabu (7/9/2022), kasus ini awalnya sudah dilaporkan ke Polrestabes Medan sejak 10 September 2021, namun penanganannya hingga kini belum tuntas.
Saat ini proses hukumnya telah ditangani Polda Sumut. Imelda mengatakan sudah setahun kasus ini bergulir, belum ada penetapan tersangka dalam kasus ini.
Merespons curhatan Imelda dalam Hotman 911, Hotman Paris meminta Polda Sumut segera mengusut kasus ini.
“Bapak Kapolda Sumut tolong kasus ini mendapat perhatian. Tahun 2021 (dilaporkan) ke Polrestabes Medan, kasusnya (kini) sudah dilimpahkan ke Polda,” ujar Hotman.
Terpisah Kabid Humas Polda Sumut mengatakan proses penyidikan masih berlangsung.
“Saat ini masih berproses, penyidik sudah dua kali melakukan pra rekon di TKP,” ujar Hadi kepada wartawan, Rabu (7/9/2022).
Dia juga mengatakan pemeriksaan terhadap saksi maupun terlapor juga sudah dilakukan. Namun sejauh ini pihaknya belum menetapkan status tersangka. Penyidik masih mendalami keterangan saksi dan terlapor.
“Saksi-saksi pihak sekolah petugas kebersihan dan guru-guru termasuk kepala sekolah sudah kita ambil keterangannya. Kita masih melengkapi berkas-berkas yang lain,” katanya.
Kronologi Tragedi di Sebuah Gudang
Sungguh miris, bocah 10 tahun itu disuguhkan minuman serbuk kopi yang diduga sebagai bius. Setelah minuman itu habis, bocah tak berdosa itu di ikat kakinya dengan mulut dilakban.
Kasus ini sudah diadukan ke Polres setempat dan berkas sudah dilimpahkan ke Polda Sumut namun belum ada tersangka yang ditetapkan.
“Anak saya dibawa ke gudang, awalnya dikasih serbuk putih sama tukang sapu. Lalu diminumkan, setelah habis, mulutnya di lakban, kakinya diikat, setelah itu digendong dibawa ke gudang,” ucap dia dalam camera ponsel Hotman Paris yang di unggah Rabu (7/9/2022).
Imelda menjelaskan kronologi anaknya digiring ke gudang sekolah. Tukang sapu berkoordinasi dengan Kepsek untuk menjaga pintu dan selanjutnya Pimpinan administrasi sekolah.
“Terjadilah pelecehan dua kali kejadiannya (berulang),” ujarnya.
Kata Imelda dalam video yang diunggah Hotman Paris Hutapea Rabu (7/9/2022), kasus ini awalnya sudah dilaporkan ke Polrestabes Medan sejak 10 September 2021, namun penanganannya hingga kini belum tuntas.
Saat ini proses hukumnya telah ditangani Polda Sumut. Imelda mengatakan sudah setahun kasus ini bergulir, belum ada penetapan tersangka dalam kasus ini.
Merespons curhatan Imelda dalam Hotman 911, Hotman Paris meminta Polda Sumut segera mengusut kasus ini.
“Bapak Kapolda Sumut tolong kasus ini mendapat perhatian. Tahun 2021 (dilaporkan) ke Polrestabes Medan, kasusnya (kini) sudah dilimpahkan ke Polda,” ujar Hotman.
Terpisah Kabid Humas Polda Sumut mengatakan proses penyidikan masih berlangsung.
“Saat ini masih berproses, penyidik sudah dua kali melakukan pra rekon di TKP,” ujar Hadi kepada wartawan, Rabu (7/9/2022).
Dia juga mengatakan pemeriksaan terhadap saksi maupun terlapor juga sudah dilakukan. Namun sejauh ini pihaknya belum menetapkan status tersangka. Penyidik masih mendalami keterangan saksi dan terlapor.
“Saksi-saksi pihak sekolah petugas kebersihan dan guru-guru termasuk kepala sekolah sudah kita ambil keterangannya. Kita masih melengkapi berkas-berkas yang lain,” katanya.
Kronologi Tragedi di Sebuah Gudang
Sungguh miris, bocah 10 tahun itu disuguhkan minuman serbuk kopi yang diduga sebagai bius. Setelah minuman itu habis, bocah tak berdosa itu di ikat kakinya dengan mulut dilakban.
Kasus ini sudah diadukan ke Polres setempat dan berkas sudah dilimpahkan ke Polda Sumut namun belum ada tersangka yang ditetapkan.
“Anak saya dibawa ke gudang, awalnya dikasih serbuk putih sama tukang sapu. Lalu diminumkan, setelah habis, mulutnya di lakban, kakinya diikat, setelah itu digendong dibawa ke gudang,” ucap dia dalam camera ponsel Hotman Paris yang di unggah Rabu (7/9/2022).
Imelda menjelaskan kronologi anaknya digiring ke gudang sekolah. Tukang sapu berkoordinasi dengan Kepsek untuk menjaga pintu dan selanjutnya Pimpinan administrasi sekolah.
“Terjadilah pelecehan dua kali kejadiannya (berulang),” ujarnya.
- Penulis :
- Desi Wahyuni