
Pantau - Wakil Ketua Komisi X DPR, Dede Yusuf menyampaikan keprihatinannya terkait rendahnya siswa yang berhasil meneruskan ke jenjang perguruan tinggi.
Hal itu ia sampaikan dalam rapat Komisi X DPR RI dengan Forum Silaturahmi Doktor Indonesia (Forsiladi), di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (9/11).
"Kesempatan mendapat pendidikan tinggi itu kecil, rata-rata hanya 14 persen dari jumlah siswa kita yang bisa berhasil meneruskan ke jenjang lebih tinggi," ujar Dede.
Pernyataan itu dibenarkan oleh Ketua Dewan Pengurus Wilayah Forsiladi DKI Jakarta, Taufiqurahman.
Bahkan, lanjutnya, di wilayah kota besar seperti Banten, dari 60 ribu lulusan SMA hanya 45 ribu yang dapat lanjut ke jenjang lebih tinggi.
Taufiq menyebut, sejumlah hambatan para siswa yang tidak mampu melanjutkan jenjang lebih tinggi. Faktor utama, yakni tentang biaya yang mahal.
"Kedua, adanya korupsi dan kesenjangan dalam kualitas hidup siswa-siswa di Indonesia," ungkap Taufiq.
Ia mengungkapkan, ada anak yang dapat melanjutkan kuliahnya sampai ke luar negeri dengan biaya tinggi, namun akhirnya harus putus sekolah.
"Yang mungkin punya uang banyak bisa ke Singapore dan Malaysia, atau tingkat Asia di Jepang, lebih baik bisa ke Amerika atau Australia. Kalau punya uang bisa masuk. That’s the problem about education," ungkap Taufiq.
Sementara itu, lanjutnya, perguruan tinggi swasta memiliki masalah dalam mencari mahasiswa baru. Tak sedikit mahasiswa yang keluar di tengah masa kuliah karena orang tuanya tak mampu membiayai.
"Tak sedikit gaji tenaga pendidik dipotong dan suka tidak suka, kebijakan kampus yang harus menerapkan efisiensi," tandasnya.
Hal itu ia sampaikan dalam rapat Komisi X DPR RI dengan Forum Silaturahmi Doktor Indonesia (Forsiladi), di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (9/11).
"Kesempatan mendapat pendidikan tinggi itu kecil, rata-rata hanya 14 persen dari jumlah siswa kita yang bisa berhasil meneruskan ke jenjang lebih tinggi," ujar Dede.
Pernyataan itu dibenarkan oleh Ketua Dewan Pengurus Wilayah Forsiladi DKI Jakarta, Taufiqurahman.
Bahkan, lanjutnya, di wilayah kota besar seperti Banten, dari 60 ribu lulusan SMA hanya 45 ribu yang dapat lanjut ke jenjang lebih tinggi.
Taufiq menyebut, sejumlah hambatan para siswa yang tidak mampu melanjutkan jenjang lebih tinggi. Faktor utama, yakni tentang biaya yang mahal.
"Kedua, adanya korupsi dan kesenjangan dalam kualitas hidup siswa-siswa di Indonesia," ungkap Taufiq.
Ia mengungkapkan, ada anak yang dapat melanjutkan kuliahnya sampai ke luar negeri dengan biaya tinggi, namun akhirnya harus putus sekolah.
"Yang mungkin punya uang banyak bisa ke Singapore dan Malaysia, atau tingkat Asia di Jepang, lebih baik bisa ke Amerika atau Australia. Kalau punya uang bisa masuk. That’s the problem about education," ungkap Taufiq.
Sementara itu, lanjutnya, perguruan tinggi swasta memiliki masalah dalam mencari mahasiswa baru. Tak sedikit mahasiswa yang keluar di tengah masa kuliah karena orang tuanya tak mampu membiayai.
"Tak sedikit gaji tenaga pendidik dipotong dan suka tidak suka, kebijakan kampus yang harus menerapkan efisiensi," tandasnya.
- Penulis :
- AdityaAndreas
