
Pantau - Peneliti Klimatologi dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erna Yulihastin mengaku bikin sendiri soal istilah 'Tol Hujan' guna memaparkan ada badai yang membawa hujan merata di Jabodetabek. Istilah tersebut menurutnya sebagai fenomena yang baru ditemukannya.
"Saya membuat istilah 'Tol Hujan' karena selama saya mengamati data hujan, baru kali ini saya menemukan fenomena hujan dalam garus lurus panjang hingga mencapai ribuan kilometer yang menghubung Samudera Hindia, hingga selat Sunda dan laut Jawa," kata Erma, Rabu (27/12/2022).
ia mengungkapkan adanya konektivitas antara darat dan laut untuk membuat hujan. "Itu menandakan ada konektivitas sistem konveksi darat dan laut. Oleh karena itu, saya buat istilah 'Tol Hujan' darat-laut," ujarnya.
Erna Yulihastin mengaku ogah diadu-adu soal pernyataannya. Sebelumnya, Erna juga menuturkan ada potensi banjir besar dan badai dahsyat pada hari ini. Erna menyebut apa yang disampaikannya adalah hasil riset yang dilakukannya.
“Saya nggak mau diadu-adu. Badai dalam terminologi meteo itu sebuah sistem. Storm system. Bisa berjenis apa saja. Kalau hujan merata se-Jawa Barat, apa mungkin itu hujan biasa,” kata Erma, Rabu (28/12/2022).
Erna menambhkan, hujan yang merata ini diturunkan dari sistem badai. Erna memberikan analisisnya sesuai dengan riset yang dilakukannya.
“Jelas itu diturunkan dari awan badai skala meso, yang disebut dengan MCC. Saya ini periset yang mendasarkan apapun pada teori dan apa yang dikaji. Yang saya share adalah knowledge, dari riset tim kami sendiri,” katanya.
Erna mengaku, ia dan tim berfokus terhadap perilaku dari badai. Erna mengatakan, hujan kali ini bukan hujan yang ditimbulkan dari sistem badai.
“Salah satu riset terpenting kami tahun ini adalah memahami perilaku badai yang ada di wilayah Indonesia. Judul twitt itu saya buat karena saya memahami mekanisme hujan hari ini diturunkan dari sistem badai. Bukan dari sistem konveksi darat yang biasa,” bebernya.
"Saya membuat istilah 'Tol Hujan' karena selama saya mengamati data hujan, baru kali ini saya menemukan fenomena hujan dalam garus lurus panjang hingga mencapai ribuan kilometer yang menghubung Samudera Hindia, hingga selat Sunda dan laut Jawa," kata Erma, Rabu (27/12/2022).
ia mengungkapkan adanya konektivitas antara darat dan laut untuk membuat hujan. "Itu menandakan ada konektivitas sistem konveksi darat dan laut. Oleh karena itu, saya buat istilah 'Tol Hujan' darat-laut," ujarnya.
Ogah diadu-adu dengan BMKG
Erna Yulihastin mengaku ogah diadu-adu soal pernyataannya. Sebelumnya, Erna juga menuturkan ada potensi banjir besar dan badai dahsyat pada hari ini. Erna menyebut apa yang disampaikannya adalah hasil riset yang dilakukannya.
“Saya nggak mau diadu-adu. Badai dalam terminologi meteo itu sebuah sistem. Storm system. Bisa berjenis apa saja. Kalau hujan merata se-Jawa Barat, apa mungkin itu hujan biasa,” kata Erma, Rabu (28/12/2022).
Erna menambhkan, hujan yang merata ini diturunkan dari sistem badai. Erna memberikan analisisnya sesuai dengan riset yang dilakukannya.
“Jelas itu diturunkan dari awan badai skala meso, yang disebut dengan MCC. Saya ini periset yang mendasarkan apapun pada teori dan apa yang dikaji. Yang saya share adalah knowledge, dari riset tim kami sendiri,” katanya.
Erna mengaku, ia dan tim berfokus terhadap perilaku dari badai. Erna mengatakan, hujan kali ini bukan hujan yang ditimbulkan dari sistem badai.
“Salah satu riset terpenting kami tahun ini adalah memahami perilaku badai yang ada di wilayah Indonesia. Judul twitt itu saya buat karena saya memahami mekanisme hujan hari ini diturunkan dari sistem badai. Bukan dari sistem konveksi darat yang biasa,” bebernya.
- Penulis :
- khaliedmalvino