
Pantau - Pemerintah pusat dan DKI Jakarta perlu rencana matang membuat proyek tanggul laut raksasa dengan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) dan nantinya akan bersandar di fase B, Giant Sea Wall.
Fase A setidaknya ada empat lokasi yang menjadi kewenangan Pemprov DKI Jakarta, sementara fase B masih mentah dalam perencanaan di Bapennas melalui Kementerian PUPR.
Tanggul pantai sepanjang sebelas kilometer berada di empat klaster yaitu Muara Angke, Pantai Mutiara, Ancol Barat dan Kali Blencong. Kedua proyek digadang-gadang tengah disiapkan untuk mengamankan Jakarta dari ancaman air bah agar Ibukota bebas dari musibah banjir rob. Jika tidak segera diantisipasi, Jakarta bakal karam dalam 27 tahun lagi.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan, Pemprov DKI bakal angkat tangan jika tanggul yang sudah dibuat mengalami kerusakan.
"Karena tidak mungkin pemda maupun pemerintah pusat membangun ini kembali jika dirusak oleh hal-hal lain, tidak mungkin," ujarnya, Jumat (20/1/2023).
Air Laut dan Tanah
Permukaan tanah di Jakarta terus menurun tanpa bisa dikendalikan. Setiap tahun, permukaan tanah Jakarta amblas 18 hingga 26 sentimeter. Celakanya, penurunan permukaan tanah Jakarta dibarengi dengan kenaikan permukaan air laut.
Beberapa tempat menjadi 'saksi bisu' sebagai bukti prediksi peneliti memang tepat. Misalnya, masjid Wal Adhuna, Muara Baru, Jakarta Utara, yang perlahan terendam air, atau kampung teko di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat.
Anggota tim riset Masyarakat Air Indonesia Fatchy Muhammad menilai kenaikan muka air laut akibat pemanasan global yang mencairkan es di kutub, hilirnya menjadi pemicu banjir rob.
"Muka tanah turun atau air lautnya naik? Kalau muka tanah turun titik ikatnya dari mana? Laut? air laut kan beda-beda tingginya. Enggak tetap titik ikatnya. Jadi yang bener adalah muka air laut yang naik," kata Fatchy Rabu (9/2/2023) yang dilansir dari CNN.
Air Laut Naik
Faktanya air laut di sekitar Jakarta naik 5 hingga 8 milimeter setiap tahun. Tahun 2008, ketinggian tanah di Jakarta Pusat pada titik poin monumen nasional atau monas hanya 4,9 meter di atas permukaan laut.
Namun penurunan permukaan tanah pada periode 2007-2008 berada pada rentang satu hingga 26 sentimeter setiap tahun. Artinya jika dipukul rata, tanah Jakarta amblas 16 sentimeter setiap tahun. Dengan skenario pesimistis itu, pada 2050 atau 27 tahun yang akan datang wilayah Jakarta dipastikan tenggelam.
Versi Kementerian Kelautan dan Perikanan, daerah pesisir di utara Jakarta dan pulau kecil akan menjadi korban pertama jika kenaikan air laut terjadi akibat pemanasan global.
Proyek tanggul raksasa ini diharapkan sesuai tujuan yakni menyediakan sumber air bersih yang akan menampung air tawar dari 13 sungai.
Saat ini 12, 5 juta jiwa di Jakarta membutuhkan air bersih. Mereka tinggal di wilayah seluas 622 kilometer persegi. Dari jumlah itu yang terlayani air bersih dari perusahaan air minum hanya 54 persen.
Dengan kondisi ini Jakarta membutuhkan lebih banyak ruang terbuka biru minimal 8 persen, selain ruang terbuka hijau. Ruang terbuka biru berupa permukaan sungai, danau, atau kolam-kolam retensi.
Jakarta juga membutuhkan tambahan waduk seluas 44,3 kilometer persegi karena detik ini hanya punya 5,5 kilometer persegi. Dengan adanya waduk, air yang mengguyur tanah Jakarta, akan memiliki tempat penampungan dan akan dilepaskan secara perlahan, banjir pun teratasi.
Giant Sea Wall Tak Mampu Bendung Rob
Megaproyek ini bernama Giant Sea Wall. Pembangunan Giant Sea Wall sudah dicanangkan sejak sembilan tahun yang lalu era Joko Widodo menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Pengamat Tata Kota Universitas Tri Sakti Nirwono Yoga mengatakan, adanya tanggul raksasa ini tidak akan mampu menghalau banjir di pesisir Jakarta.
"Ketimbang tanggul beton yang mahal dan tidak berkelanjutan, (lebih baik) hutan mangrove, semakin lebar semakin baik meredam banjir rob," ujarnya kepada Pantau.com, Selasa (21/2/2023).
Nirwono mengatakan bahwa pembangunan tanggul raksasa butuh banyak biaya, seperti biaya pembangunan, pemeliharaan, hingga peninggian sesuai kenaikan air laut.
"Banyak biaya, keberadaan tanggul raksasa pun tidak akan mampu mencegah banjir. Keberadaan tanggul dan pompa hanya bersifat sementara dalam mengatasi banjir rob," ungkap Nirwono.
Masyarakat hanya bisa menanti dan menerima realisasi dari wacana proyek Giant Sea Wall yang ditulis memiliki kedalaman lima belas meter, tinggi tujuh meter, dengan panjang 37,356 meter dan membentang di sepanjang Teluk Jakarta. (Tim liputan dan diolah dari berbagai sumber)
Fase A setidaknya ada empat lokasi yang menjadi kewenangan Pemprov DKI Jakarta, sementara fase B masih mentah dalam perencanaan di Bapennas melalui Kementerian PUPR.
Tanggul pantai sepanjang sebelas kilometer berada di empat klaster yaitu Muara Angke, Pantai Mutiara, Ancol Barat dan Kali Blencong. Kedua proyek digadang-gadang tengah disiapkan untuk mengamankan Jakarta dari ancaman air bah agar Ibukota bebas dari musibah banjir rob. Jika tidak segera diantisipasi, Jakarta bakal karam dalam 27 tahun lagi.
Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan, Pemprov DKI bakal angkat tangan jika tanggul yang sudah dibuat mengalami kerusakan.
"Karena tidak mungkin pemda maupun pemerintah pusat membangun ini kembali jika dirusak oleh hal-hal lain, tidak mungkin," ujarnya, Jumat (20/1/2023).
Air Laut dan Tanah
Permukaan tanah di Jakarta terus menurun tanpa bisa dikendalikan. Setiap tahun, permukaan tanah Jakarta amblas 18 hingga 26 sentimeter. Celakanya, penurunan permukaan tanah Jakarta dibarengi dengan kenaikan permukaan air laut.
Beberapa tempat menjadi 'saksi bisu' sebagai bukti prediksi peneliti memang tepat. Misalnya, masjid Wal Adhuna, Muara Baru, Jakarta Utara, yang perlahan terendam air, atau kampung teko di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat.
Anggota tim riset Masyarakat Air Indonesia Fatchy Muhammad menilai kenaikan muka air laut akibat pemanasan global yang mencairkan es di kutub, hilirnya menjadi pemicu banjir rob.
"Muka tanah turun atau air lautnya naik? Kalau muka tanah turun titik ikatnya dari mana? Laut? air laut kan beda-beda tingginya. Enggak tetap titik ikatnya. Jadi yang bener adalah muka air laut yang naik," kata Fatchy Rabu (9/2/2023) yang dilansir dari CNN.
Air Laut Naik
Faktanya air laut di sekitar Jakarta naik 5 hingga 8 milimeter setiap tahun. Tahun 2008, ketinggian tanah di Jakarta Pusat pada titik poin monumen nasional atau monas hanya 4,9 meter di atas permukaan laut.
Namun penurunan permukaan tanah pada periode 2007-2008 berada pada rentang satu hingga 26 sentimeter setiap tahun. Artinya jika dipukul rata, tanah Jakarta amblas 16 sentimeter setiap tahun. Dengan skenario pesimistis itu, pada 2050 atau 27 tahun yang akan datang wilayah Jakarta dipastikan tenggelam.
Versi Kementerian Kelautan dan Perikanan, daerah pesisir di utara Jakarta dan pulau kecil akan menjadi korban pertama jika kenaikan air laut terjadi akibat pemanasan global.
Proyek tanggul raksasa ini diharapkan sesuai tujuan yakni menyediakan sumber air bersih yang akan menampung air tawar dari 13 sungai.
Saat ini 12, 5 juta jiwa di Jakarta membutuhkan air bersih. Mereka tinggal di wilayah seluas 622 kilometer persegi. Dari jumlah itu yang terlayani air bersih dari perusahaan air minum hanya 54 persen.
Dengan kondisi ini Jakarta membutuhkan lebih banyak ruang terbuka biru minimal 8 persen, selain ruang terbuka hijau. Ruang terbuka biru berupa permukaan sungai, danau, atau kolam-kolam retensi.
Jakarta juga membutuhkan tambahan waduk seluas 44,3 kilometer persegi karena detik ini hanya punya 5,5 kilometer persegi. Dengan adanya waduk, air yang mengguyur tanah Jakarta, akan memiliki tempat penampungan dan akan dilepaskan secara perlahan, banjir pun teratasi.
Giant Sea Wall Tak Mampu Bendung Rob
Megaproyek ini bernama Giant Sea Wall. Pembangunan Giant Sea Wall sudah dicanangkan sejak sembilan tahun yang lalu era Joko Widodo menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Pengamat Tata Kota Universitas Tri Sakti Nirwono Yoga mengatakan, adanya tanggul raksasa ini tidak akan mampu menghalau banjir di pesisir Jakarta.
"Ketimbang tanggul beton yang mahal dan tidak berkelanjutan, (lebih baik) hutan mangrove, semakin lebar semakin baik meredam banjir rob," ujarnya kepada Pantau.com, Selasa (21/2/2023).
Nirwono mengatakan bahwa pembangunan tanggul raksasa butuh banyak biaya, seperti biaya pembangunan, pemeliharaan, hingga peninggian sesuai kenaikan air laut.
"Banyak biaya, keberadaan tanggul raksasa pun tidak akan mampu mencegah banjir. Keberadaan tanggul dan pompa hanya bersifat sementara dalam mengatasi banjir rob," ungkap Nirwono.
Masyarakat hanya bisa menanti dan menerima realisasi dari wacana proyek Giant Sea Wall yang ditulis memiliki kedalaman lima belas meter, tinggi tujuh meter, dengan panjang 37,356 meter dan membentang di sepanjang Teluk Jakarta. (Tim liputan dan diolah dari berbagai sumber)
- Penulis :
- Desi Wahyuni