
Pantau - Ramadan 1444 Hijriyah menjadi satu-satunya Ramadan menjelang Pemilu 2024. Pengamat politik minta bulan suci Ramadan jangan dikotori dengan pesan-pesan politik praktis yang jorok.
"Bulan suci Ramadan itu bulan penuh kebaikan ya, jangan dikotori oleh pesan-pesan politik praktis yang kotor," kata Pengamat Politik, Ujang Komaruddin kepada Tim Pantau.com, Kamis (23/3/2023).
"Kecuali ya diwarnai dengan politik kebangsaan, politik kerakyatan, politik membangun keadaban, politik membangun moralitas," sambungnya.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) itu mengatakan akan timbul persoalan jika Ramadan dimanfaatkan untuk menebar uang atau menyampaikan janji bohong di tengah-tengah masyarakat.
"Kalau Ramadan tahun 1444 H dilakukan oleh bacalon itu untuk menebar uang, menebar bantuan tapi tidak ikhlas atau janji-janji yang enggak jelas atau melakukan pembohongan itu menjadi persoalan tersendiri di tengah-tengah kita," kata Ujang.
Maka, Ujang mengajak masyarakat untuk lebih intropeksi, agar tidak kembali ke politik pada 2019 lalu.
“Saya mengajak itu di tahun ini momentum dalam politik di bulan Ramadan 1444 Hijriyah ini ya momentum untuk membangun perbaikan Bidang politik dalam sektor politik. Oleh karena itu, ramadan ini agar kita intropeksi diri dan evaluasi diri,” kata Ujang.
“Bahwa Pilpres yang lalu 2019 itu terjadi polarisasi terjadi hoax, Oleh karena itu tadi Ramadan tahun ini dan menyambut Pilpres tahun depan 2024 itu kita harus lebih maju, lebih progressive bukan kembali ke 2019 yang lalu,” tambahnya.
"Bulan suci Ramadan itu bulan penuh kebaikan ya, jangan dikotori oleh pesan-pesan politik praktis yang kotor," kata Pengamat Politik, Ujang Komaruddin kepada Tim Pantau.com, Kamis (23/3/2023).
"Kecuali ya diwarnai dengan politik kebangsaan, politik kerakyatan, politik membangun keadaban, politik membangun moralitas," sambungnya.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) itu mengatakan akan timbul persoalan jika Ramadan dimanfaatkan untuk menebar uang atau menyampaikan janji bohong di tengah-tengah masyarakat.
"Kalau Ramadan tahun 1444 H dilakukan oleh bacalon itu untuk menebar uang, menebar bantuan tapi tidak ikhlas atau janji-janji yang enggak jelas atau melakukan pembohongan itu menjadi persoalan tersendiri di tengah-tengah kita," kata Ujang.
Maka, Ujang mengajak masyarakat untuk lebih intropeksi, agar tidak kembali ke politik pada 2019 lalu.
“Saya mengajak itu di tahun ini momentum dalam politik di bulan Ramadan 1444 Hijriyah ini ya momentum untuk membangun perbaikan Bidang politik dalam sektor politik. Oleh karena itu, ramadan ini agar kita intropeksi diri dan evaluasi diri,” kata Ujang.
“Bahwa Pilpres yang lalu 2019 itu terjadi polarisasi terjadi hoax, Oleh karena itu tadi Ramadan tahun ini dan menyambut Pilpres tahun depan 2024 itu kita harus lebih maju, lebih progressive bukan kembali ke 2019 yang lalu,” tambahnya.
- Penulis :
- renalyaarifin