
Pantau - Tentara Nasional Indonesia (TNI) tepat pada 5 Oktober lalu memasuki usia ke-78. Dalam rangka merayakan HUT TNI, salah satu prajurit TNI AD, Lettu Czi Agum Harseno, menceritakan pengalaman berharganya bertugas dalam Satuan Tugas (Satgas) Perdamaian PBB di Republik Afrika Tengah tahun 2020-2021.
Hal ini dicerikan Agum ketika Pantau.com menanyakan bagaimana pandangan warga lokal melihat TNI datang ke negaranya. Katanya, TNI mendapat kepercayaan warga lokal itu terjalin karena adanya kedekatan yang lebih. Dari situ TNI dinilai mampu beradaptasi di sana, baik itu dengan warga local maupun tantara negara lain.
"Ini yang sebenarnya saya mengalami langsung yang luar biasa, jadi bagaimana TNI khususnya pada umumnya Indonesia itu benar-benar mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dunia. Karena memang sedekat itu," ujar Agum, Minggu (1/10/2023).
"Jadi mereka itu dengan hadirnya kita itu setelah rotasi Satgas ya mereka selalu ada harapkan baru 'apa yang akan kita lakukan', karena PBB pun mengakui, bahwa ini tentara Indonesia karena kita sebagai duta juga ke sana kita sebagai Duta Bangsa ya itu luar biasa," imbuhnya.
Pria yang kini berdinas di Batalyon Zeni Tempur 18 Yudha Karya Raksaka sebagai Komanda Kompi Zipur C Naibonat, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), ini juga mengatakan bahwa TNI saat berkerja selalu dengan hati tidak pernah menyerah sehingga tidak ada penolakan dair warga lokal saat menjalankan misi perdamaian.
"Dari segi pekerjaan kita itu setelahnya selalu nothing to lose lah, kita juga nggak pernah menyerah dengan keadaan. Tentara Indonesia itu gimana caranya dia selalu berpikir 'oh ini gimana caranya' kalau ada kendala ya harus kita atasi. Ya kita berusaha gimana dari kita sendiri yang mengupayakan bagaimana dapat diterima masyarakat dan alhamdulillah ya semuanya bisa terlaksana tanpa adanya kendala," katanya.
Agum pun juga menyampaikan bahwa Tentara Indonesia bukan hanya diterima di wilayah muslim saja, tetapi juga di titik yang banyak warga non Muslim. Ternyata bukan hanya dipercaya oleh warga lokal, kehadiran TNI juga seperti dirindukan. Pasalnya, TNI membawa cerminan Indonesia yang dikenal ramah. Meski memiliki kedekatan, Tentara Indonesia tetap harus selalu waspada.
“Betul Mungkin memang ya kehadirannya dinantikan. Tapi ini sebenarnya bukan karena TNI-nya tapi kalau saya lihat memang dari culturenya masyarakat Indonesia sendiri yang masyarakatnya ramah humble dan ya lebih dapat mengambil hati saya lihat orang Indonesia tuh,” kata Agum.
"Walaupun sebenarnya itu harus kita waspadai juga. Khususnya saya kadang kalau lihat anggota seperti lengah, dia terlalu asik komunikasi dengan orang-orang walaupun kita nggak tahu kan mana musuh mana kawan gitu," lanjutnya.
Senada dengan warga Republik Afrika Tengah, tentara negara lain yang tergabung dalam Satgas Perdamaian saat itu pun menilai hal yang sama. Tentara Indonesia juga mendapat kepercayaan dari mereka.
"Nah itu kalau yang saya alamin yang saya amati juga, mereka ini kan sudah beberapa kali Satgas juga sama kayak kita di Afrika Tengah itu jarang negara-negara baru tuh. Mereka mungkin sudah dengarkan dari kawan-kawannya di sesama negara yang sudah Satgas duluan, bagaimana kita jadi yang saya lihat mereka segitu percayanya juga sama kita," katanya.
Lebih lanjut, ia juga menceritakan kegiatan yang dilakukan TNI di sana antara lain membangun jalan, jembatan, buka lahan, menjinakkan bahan peledak karena banyak bekas granat atau ranjau-ranjau yang udah ditanam tapi tidak meledak, apabila ditemukan harus diamankan, disposal, atau kita amankan di tempat yang aman untuk kita simpan.
"Kebetulan karena kita Satuan Tugas Kompi Zeni di sana kita fokusnya bukan hanya menjaga perdamaian saja tapi kita peace building juga jadi kita membangun, kita fokusnya membangun di sana itu pun ya sesuai apa yang dimandatkan oleh PBB. Tujuan juga buat mengambil hati masyarakat sana agar dapat kita arahkan yang menuju ke perdamaian," terangnya.
Adapun mengenai cara pendakatan yang dilakukan TNI kepada warga lokal itu beraneka ragam. Beberapa di antaranya adalah memberikan makan yang juga dibeli di sana hingga memberikan air besih.
"Biasanya kita menggunakan makanan kita kasih snack ke mereka atau makanan yang kita miliki kita berikan ke mereka sambil berkomunikasi. Kadang kita juga kasih apa yang mungkin menarik buat mereka. Mungkin ya effort-nya kita di situ nah itu kan nggak ada tuh di buku panduan segala macam dan itu nggak dilakukan di negara lain,” jelas Agum.
- Penulis :
- Firdha Riris
- Editor :
- Firdha Riris