Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Menkes Minta Nakes Pelajari Ilmu Hormon: Serotonin Rendah Depresi, Dopamin Tinggi Skizofremia

Oleh Sofian Faiq
SHARE   :

Menkes Minta Nakes Pelajari Ilmu Hormon: Serotonin Rendah Depresi, Dopamin Tinggi Skizofremia
Foto: Menkes RI Budi Gunadi Sadikin

Pantau - Menkes RI Budi Gunadi Sadikin meminta serta menantang kalangan tenaga kesehatan (nakes) di bidang layanan kesehatan jiwa untuk mempelajari endoktrinologi atau ilmu hormon yang mempengaruhi sistem saraf di otak manusia.

Pernyataan itu dikemukakan Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam pidato peringatan Hari Kesehatan jiwa Sedunia 2023 seiring masih relatif rendahnya kemampuan tenaga medis dan kesehatan di Indonesia terhadap ilmu hormon.

"Bagaimana kita berpikir, emosi, ada namanya sistem hormon, itu pembuluh darah tapi hormon. Misalnya, kalau hormon serotoninnya rendah itu depresi,'' ucap Budi dari Youtube Kemenkes RI, Jumat (27/10/2023).

''Sedangkan kalau dopaminnya tinggi itu skizofremia," sambungnya.

Lalu Menkes Budi mengatakan capaian ilmu kesehatan jiwa yang paling mutakhir saat ini adalah menggunakan neurosains untuk menangani kelainan pada sistem saraf yang berhubungan dengan pikiran manusia.

Lanjutnya, Budi menjelaskan kinerja seluruh organ manusia dikontrol oleh pembuluh darah untuk fungsi semua organ, sementara gerak organ dikendalikan oleh sistem saraf.

"Saya ingin tantang dokter, organ yang paling kita tidak tahu itu otak. Kalau jantung kita bisa tahu, karena sudah ada transplantasi jantung, hati kita sudah tahu karena ada transplantasi hati, tapi otak belum ada transplantasi otak,'' tuturnya.

''Artinya kita belum mengerti otak kerjanya bagaimana," tambahnya.

Menurut Budi, gangguan jiwa erat kaitannya dengan hormon yang mempengaruhi sistem saraf di otak penderitanya. "Ilmu itu (hormon) kita masih sangat rendah pengetahuannya," kata Menkes.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berupaya mengembangkan layanan kesehatan jiwa di Indonesia dengan berfokus pada peningkatan kompetensi petugas puskesmas melalui pengampuan dari para dokter spesialis terkait.

"Pertama, deteksi dini harus bagus. Pikirannya dia bisa kita jaga, bisa kita perkuat, sehingga tidak mempengaruhi hormonnya dia agar tidak merusak otak, itu harus kita cegah," ujarnya.

Semenetara itu Kemenkes juga akan membekali petugas puskesmas dengan kompetensi ilmu psikiatri agar bisa mengukur setiap fase kejiwaan masyarakat yang membutuhkan pendampingan. Tahap berikutnya setelah deteksi dini, lanjutnya, adalah mencari metode terapi yang tepat.

"Bagaimana caranya harus bisa mendeteksi dini agar jangan sampai depresi, kalau sampai skizofremia, dia harus dipasung," imbuhnya.

"Saat ini ada perubahan konsep secara masif yang akan menggeser tadinya fokus kesehatan jiwa sangat kuratif di rumah sakit, menjadi promotif preventif (puskesmas)," pungkasnya.

Sebagai informasi, peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia diperingati setiap tanggal 10 Oktober. Pada tahun ini Kemenkes mengangkat tema "Sehat Jiwaku, Sehat Indonesiaku".

Peringatan Hari Kesehatan Jiwa di Indonesia ditandai dengan kegiatan kick-off Pengembangan Model Layanan Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat di Manado, hari ini.

Penulis :
Sofian Faiq