
Pantau - Kementerian Agama menggandeng Utusan Khusus Kepresidenan Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Ahmad dalam penguatan pendidikan Islam berbasis cinta yang menjadi agenda Menteri Agama, Nasaruddin Umar.
Kurikulum berbasis cinta yang kita dorong melalui acara ini bukan hanya sekadar konsep, tetapi harus menjadi bagian dari pembelajaran sehari-hari, sehingga generasi muda tumbuh menjadi generasi yang cerdas, berakhlak, dan memiliki empati sosial yang tinggi,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno di Jakarta, Rabu (19/3).
Raffi Ahmad hadir Kick Off NGOPI (Ngobrolin Pendidikan Islam) membahas kurikulum cinta untuk siapkan generasi emas di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta.
Acara dibuka oleh Wakil Menteri Agama, Romo H. R. Muhammad Syafi’i, praktisi pendidikan Nejeela Shihab serta Nagita Slavina sebagai pembawa acara.
Suyitno menyampaikan bahwa acara ini menjadi momentum penting dalam memperkuat kolaborasi antara madrasah, tokoh pendidikan, dan generasi muda.
“Dengan hadirnya tokoh publik yang dekat dengan anak muda, kami ingin memberikan inspirasi dan motivasi bagi siswa madrasah agar lebih percaya diri dan siap bersaing di tingkat nasional maupun global,” ungkapnya.
Baca juga: Jelang Lebaran, Menag Larang Pejabat Pakai Aset Negara
Dirjen menambahkan bahwa pendidikan Islam penting untuk terus adaptif terhadap perkembangan zaman.
“Madrasah harus menjadi pusat pendidikan unggulan yang tidak hanya menekankan aspek akademik, tetapi juga membangun karakter berbasis cinta, empati, dan spiritualitas,” ujarnya.
Menurutnya, Kick Off NGOPI ini menjadi langkah awal dalam mendorong inovasi pendidikan Islam yang lebih inklusif dan penuh kasih sayang di madrasah.
Bukan hanya madrasah, NGOPI ini juga akan digelar di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, Pondok Pesnatren dan Lembaga Pendidikan Islam pada umumnya.
Baca juga: Kemenag Terima Dua Rekor MURI untuk Mushaf Nusantara
Sementara itu, Wakil Menteri Agama Romo HR Muhammad Syafi’i bahwa kurikulum berbasis cinta merupakan langkah strategis dalam menanamkan nilai-nilai kasih sayang, toleransi, dan kepedulian terhadap lingkungan serta sesama manusia.
“Ketika kita berbicara tentang cinta, kita berbicara mengenai rasa kemanusiaan, toleransi, empati, dan tanggung jawab bersama. Kurikulum berbasis cinta ini akan melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki akhlak mulia dan kepedulian sosial,” ujarnya.
- Penulis :
- Tubagus Rachmat
- Editor :
- Tubagus Rachmat