
Pantau - Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra membentuk tim khusus untuk menelusuri penyebab ratusan siswa tingkat SMP di Kabupaten Buleleng, Bali, yang diketahui belum bisa membaca meski telah memasuki usia remaja.
Pembentukan Tim Asesmen dan Penanganan Awal
Tim ini dibentuk segera setelah Bupati menerima rekomendasi dari Dewan Pendidikan Buleleng.
"Sudah (buat tim) jadi setelah mendapatkan rekomendasi dari Dewan Pendidikan Buleleng langsung bergerak membentuk tim dari guru, guru bimbingan konseling, dan psikolog, jadi untuk mencari tahu apa penyebabnya", jelas Sutjidra.
Tim yang terdiri dari guru, guru BK, dan psikolog ini bertugas melakukan asesmen terhadap siswa-siswa yang terindikasi mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis.
"Sedang diasesmen dan anak-anak yang terindikasi kesulitan membaca dan menulis ini diberikan bimbingan khusus", lanjutnya.
Jumlah Kasus dan Upaya Penanganan
Pemerintah Kabupaten Buleleng mengonfirmasi bahwa sekitar 10 persen siswa SMP di kawasan Bali Utara belum mampu membaca dengan lancar.
Kasus terbanyak tercatat terjadi di Kecamatan Seririt.
Salah satu contoh konkret ditunjukkan oleh SMPN 1 Seririt, di mana dari 32 siswa yang awalnya belum bisa membaca, kini jumlahnya berkurang menjadi 21 anak setelah intervensi khusus dilakukan.
Menurut Bupati, kondisi ini menunjukkan perlunya pendekatan pembelajaran yang berbeda bagi siswa-siswa dengan keterlambatan kemampuan dasar tersebut.
Ia menekankan bahwa sebelum memberikan solusi, penting untuk menelusuri penyebab mendalam dari permasalahan ini.
Salah satu indikasi awal yang muncul adalah keberadaan siswa dengan IQ di bawah rata-rata yang tetap masuk ke sekolah formal tanpa pendekatan pendidikan khusus.
Informasi tentang lebih dari 360 siswa yang belum bisa atau belum lancar membaca ini pertama kali diungkap oleh Dewan Pendidikan Buleleng.
Masalah ini telah ditanggapi langsung oleh Gubernur Bali Wayan Koster yang mengambil langkah koordinasi dengan Bupati Buleleng untuk merumuskan solusi jangka panjang.
- Penulis :
- Arian Mesa