
Pantau - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga), Wihaji, melakukan peninjauan ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Majalengka, Jawa Barat, guna memastikan pelaksanaan program Makanan Bergizi Gratis (MBG) untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan balita berjalan dengan baik.
Dalam kunjungannya bersama Bupati Majalengka, Eman Suherman, Wihaji memantau langsung proses produksi makanan bergizi di dapur SPPG Yayasan Kusuma Raga Utama yang berlokasi di Jalan KH Abdul Halim.
Ia menjelaskan bahwa setiap SPPG diwajibkan mendistribusikan minimal 10% dari total porsi makanan yang diproduksi kepada kelompok prioritas seperti ibu hamil, menyusui, dan balita.
Distribusi makanan dilakukan dengan mempertimbangkan jarak antara SPPG dengan rumah penerima manfaat, guna memastikan ketepatan sasaran.
"Kebetulan memang sini masih uji coba khusus MBG, ibu hamil, ibu menyusui, balita. Karena tugas Kementerian kita tiga. Satu mendata di sekeliling ini titik 6 Km dari 3.294. 3.294 berarti ada 329 itu adalah peruntukannya untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan balita," ujar Wihaji.
Peran TPK dalam Distribusi dan Evaluasi Program MBG
Wihaji juga menekankan pentingnya peran Tim Pendamping Keluarga (TPK) dari BKKBN dalam pelaksanaan program MBG.
TPK bertugas tidak hanya untuk menyalurkan makanan bergizi kepada keluarga penerima manfaat, tetapi juga melakukan pendataan serta evaluasi program secara berkala.
"Yang kedua setelah kita data kita ditugasi mendistribusikan. Siapa? Kita punya TPK namanya. Tim Pendamping Keluarga yang selama ini tugas di lini lapangan untuk membantu mendistribusikan. Yang ketiga mengevaluasi," katanya.
Dalam kesempatan itu, Wihaji turut membagikan langsung makanan bergizi kepada seorang ibu menyusui berusia 42 tahun yang memiliki balita berusia dua tahun dan tiga orang anak.
Ia juga mengingatkan pentingnya memastikan bahwa makanan yang diberikan benar-benar dikonsumsi oleh pihak yang berhak.
"Pastikan apakah penerima manfaatnya itu ibu hamil atau nggak. Yang kedua ketika dikasih ibu hamil yang makan suaminya atau ibu hamilnya. Karena kira-kira gitu nanti kita cek. Karena ini penting jangan sampai nanti yang menerima manfaat justru nggak makan yang makan orang lain," tuturnya.
- Penulis :
- Gian Barani