
Pantau - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, menyampaikan bahwa capaian transaksi di Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bursa karbon di negara lain, termasuk Jepang.
Iman mengungkapkan bahwa volume transaksi IDXCarbon mencapai dua kali lipat dibandingkan bursa karbon Jepang, dan secara signifikan mengungguli negara-negara seperti Thailand dan Vietnam yang masih dalam tahap perancangan sistem bursa karbonnya.
"Kalau kita bandingkan dengan bursa karbon di Jepang, transaksi kita dua kali lipat dibandingkan dengan bursa Jepang. Serta (dengan) negara-negara lain yang baru saja merancang bursa karbonnya, seperti Thailand dan Vietnam," ujarnya di Main Hall BEI, Jakarta, Selasa.
Nilai dan Volume Transaksi Meningkat Tajam
Sejak resmi diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 17 April 2025, IDXCarbon mencatat nilai transaksi sebesar Rp77,91 miliar dengan volume mencapai 1.598.703 ton ekuivalen karbon (tCO2e).
Volume ini jauh melampaui total transaksi sepanjang 2024 yang hanya mencapai 413.764 tCO2e, dan 494.254 tCO2e selama 2023.
Kinerja positif ini turut mendorong lonjakan partisipasi, dari hanya 16 pengguna jasa saat peluncuran menjadi 111 partisipan hingga pertengahan April 2025, atau meningkat hingga 587 persen.
Proyek Emisi dan Perdagangan Internasional
Saat ini terdapat tujuh proyek pengurangan emisi berbasis teknologi yang diperdagangkan di IDXCarbon, dengan total unit karbon yang tersedia sebanyak 2.203.119 tCO2e.
Iman menambahkan bahwa IDXCarbon telah menarik minat pemilik proyek dari luar negeri untuk mendaftarkan dan memperdagangkan karbon kredit mereka melalui platform ini.
"Fokus kami saat ini adalah membuka perdagangan unit karbon Indonesia kepada audiens internasional selebar-lebarnya," ujar Iman.
Langkah ini diperkuat dengan peresmian Perdagangan Internasional Perdana Unit Karbon Indonesia melalui IDXCarbon yang dilakukan pada 20 Januari 2025 oleh Kementerian Lingkungan Hidup/BPLH, OJK, dan BEI.
- Penulis :
- Peter Parinding