HOME  ⁄  Nasional

HNW Dukung Asosiasi Parlemen Mantan Pramuka

Oleh Khalied Malvino
SHARE   :

HNW Dukung Asosiasi Parlemen Mantan Pramuka
Foto: Dr. Zuhair Hussein Ghanim membawa semangat persaudaraan global saat bersua Hidayat Nur Wahid di jantung parlemen Indonesia. (Dok. MPR RI)

Pantau - Sebanyak 58,9 persen anggota Pramuka dunia berasal dari Indonesia. Lalu, mengapa belum ada wadah resmi untuk para mantan aktivis Pramuka yang kini duduk di parlemen?

Pertanyaan itu mengemuka dalam sebuah pertemuan hangat di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta. Di ruang kerja Wakil Ketua MPR RI, Dr. Zuhair Hussein Ghanim—Sekjen Asosiasi Pramuka Muslim se Dunia—datang membawa semangat baru.

Dia mengusulkan pembentukan Asosiasi Anggota Parlemen Indonesia Mantan Aktivis Pramuka. Bukan ide biasa, tapi langkah strategis yang berangkat dari fakta mencengangkan.

“Indonesia adalah penyumbang terbesar keanggotaan Pramuka dunia. Dari 38 juta anggota sedunia, 58,9 persennya berasal dari Indonesia. Itu belum termasuk kontribusi keuangan—Indonesia paling rajin bayar iuran,” ujar Zuhair penuh semangat.

Bagi Zuhair, keterlibatan Indonesia yang begitu besar harus dibarengi dengan representasi yang kuat di parlemen.

Di berbagai negara, sudah terbentuk asosiasi anggota parlemen yang dulunya aktif di Pramuka. Maka, ia merasa sangat wajar jika Indonesia ikut memiliki wadah serupa.

Merespons hal itu, Hidayat Nur Wahid, yang akrab disapa HNW, langsung menyambut dengan tangan terbuka. Ia bukan sekadar pejabat yang mendengarkan, tapi juga bagian dari cerita panjang Pramuka Indonesia.

Sejak SD, HNW aktif dalam berbagai kegiatan kepramukaan. Saat nyantri di Gontor, ia turut serta dalam Jambore tingkat kabupaten dan provinsi.

Bahkan saat kuliah di Universitas Islam Madinah, ia tergabung dalam Jawwaalah, pasukan inti Pramuka kampus, yang membawanya ikut kemah hingga ke pelosok Arab Saudi.

“Bagi saya, Pramuka bukan cuma kenangan masa kecil. Itu bagian dari pembentukan karakter, kepemimpinan, dan kerja sama lintas batas,” tutur HNW.

Dia pun menyatakan dukungan penuh atas usulan tersebut. Bukan hanya karena nostalgia, melainkan karena melihat potensi besar jika para mantan aktivis Pramuka di parlemen bersatu dalam satu wadah resmi.

Disebutkannya, diplomasi parlemen Indonesia bisa semakin segar, kreatif, dan kolaboratif jika digerakkan oleh jiwa-jiwa yang terbiasa berkemah, bekerja sama, dan membangun peradaban dari tenda sederhana.

“Pramuka itu sekolah kepemimpinan yang terbukti. Bukan hanya mencetak pemimpin lokal, tapi juga tokoh global. Jika para mantan Pramuka di parlemen bersatu, maka kontribusinya bisa lebih terasa, tidak hanya untuk Indonesia, tapi juga dalam percaturan internasional,” ujar HNW.

Dia pun berjanji akan segera menghubungi pihak-pihak terkait di DPR dan MPR untuk mulai merintis pembentukan asosiasi tersebut. Menurutnya, ini adalah momen tepat untuk menggabungkan semangat masa lalu dengan visi masa depan.

Penulis :
Khalied Malvino