HOME  ⁄  Nasional

Komisi I DPR Soroti Keamanan Markas TNI Usai Tragedi Ledakan Amunisi di Garut

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

Komisi I DPR Soroti Keamanan Markas TNI Usai Tragedi Ledakan Amunisi di Garut
Foto: Penempatan markas TNI dekat permukiman dinilai rawan, Komisi I DPR minta relokasi ke wilayah steril.(Sumber: ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi)

Pantau - Ketua Komisi I DPR RI Utut Adianto menegaskan pentingnya penempatan markas TNI yang jauh dari permukiman masyarakat sipil demi keamanan dan kelancaran operasi militer.

Pernyataan ini disampaikan menyusul insiden ledakan amunisi milik TNI di Garut, Jawa Barat, yang menewaskan sedikitnya 13 orang, sembilan di antaranya merupakan warga sipil.

"Hemat saya ke depan itu kita perbaiki, misalnya [markas] TNI itu harus jauh dari [permukiman] masyarakat sipil", ujar Utut saat merespons kejadian tersebut.

Menurutnya, keberadaan markas TNI yang berdampingan langsung dengan kawasan permukiman dapat membahayakan masyarakat dan menghambat mobilitas pasukan.

Utut mencontohkan situasi di Jakarta, di mana Markas Besar TNI serta beberapa markas brigade dan batalyon infanteri berada di lingkungan padat penduduk.

"Itu kalau ada apa-apa di Jakarta pergerakan pasukannya, tanknya mau keluar nggak bisa, orang depannya warung, pangkalan ojek", ujarnya.

Usulan Relokasi dan Evaluasi Menyeluruh Fasilitas Militer

Utut tidak menampik bahwa banyak markas TNI dulunya dibangun di area terpencil atau hutan, namun kini dikelilingi permukiman akibat perkembangan wilayah.

Ia menekankan perlunya strategi jangka panjang dari DPR dan TNI untuk mengevaluasi dan merelokasi instalasi militer ke lokasi yang lebih aman dan steril.

Komisi I DPR RI akan membahas lebih lanjut persoalan ini sebagai bagian dari agenda keamanan nasional.

Utut membandingkan dengan negara lain yang menempatkan instalasi militer jauh dari pemukiman bukan untuk menjauhkan diri dari rakyat, tetapi untuk menjamin keamanan dan efektivitas operasi.

"Kejadian di Garut ini kan karena salah satu contohnya. Tahun 1984 di Marinir, dulu namanya KKO (Cilandak), itu meledak. Meledaknya tuh berjam-jam", ungkap Utut.

Ia menegaskan bahwa ledakan seperti ini bukan pertama kali terjadi, namun seharusnya menjadi yang terakhir.

"Biar Kepala Staf TNI Angkatan Darat dan Pangdam Siliwangi untuk menjelaskan ini. Kita akan meminta beliau mudah-mudahan ini yang terakhir kali terjadi", tutup Utut.

Penulis :
Balian Godfrey