Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Berkat media sosial dan pekerja migran, makanan tradisional Banten ini diminati di Malaysia dan Jepang

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

Berkat media sosial dan pekerja migran, makanan tradisional Banten ini diminati di Malaysia dan Jepang
Foto: Gipang singkong Cilegon tembus pasar internasional, inovasi UMKM lokal hasilkan Rp10 juta per bulan(Sumber: ANTARA/Desi Purnama Sari)

Pantau - Makanan tradisional khas Kota Cilegon, Provinsi Banten, yakni gipang, kini sukses menembus pasar internasional berkat inovasi dari pelaku UMKM lokal dan dukungan media sosial serta jaringan pekerja migran Indonesia di luar negeri.

Adalah Ihwanul Muslimin, pelaku UMKM asal Kelurahan Bulakan, Kecamatan Cibeber, yang menjadi sosok di balik keberhasilan ini.

Awalnya gipang dibuat dari beras ketan, namun karena harga bahan dasar yang semakin mahal, Ihwan berinovasi menggunakan singkong lokal sebagai pengganti.

Hasilnya, gipang singkong dengan tambahan selai kacang justru lebih disukai konsumen, tidak hanya dari berbagai daerah di Indonesia, tetapi juga dari luar negeri.

Produksi tradisional, pemasaran digital, keuntungan hingga belasan juta rupiah

Untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat, Ihwan mengolah ratusan kilogram singkong setiap hari.

Proses produksi masih dilakukan secara tradisional, mulai dari pengukusan, penggilingan, hingga pencetakan singkong menjadi lempengan tipis yang kemudian dijadikan gipang.

Meski masih mengandalkan penjemuran dengan sinar matahari, produk ini sudah merambah pasar internasional sejak 2016, terutama ke Malaysia dan Jepang.

Penjualan gipang dilakukan dengan memanfaatkan kekuatan media sosial serta jaringan pekerja migran Indonesia yang memperkenalkan produk tersebut ke luar negeri.

Dengan harga Rp20.000 per bungkus untuk berat 200 gram, Ihwan mampu mengantongi keuntungan bersih sekitar Rp10 juta per bulan.

Konsumen sangat antusias terhadap inovasi gipang singkong ini dan banyak yang penasaran ingin mencobanya.

Penulis :
Balian Godfrey