
Pantau - Menteri Hukum dan HAM Natalius Pigai mendorong penggunaan beras dari Kecamatan Lembor sebagai bahan pangan utama dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Nanti saya juga dukung, sampaikan kepada Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) supaya khusus untuk NTT bisa diambil dari lokal," ujar Natalius Pigai saat berdialog dengan para ketua kelompok tani, kepala desa, dan Pemerintah Kecamatan Lembor di Manggarai Barat.
Dukungan dari Kementerian Hukum dan HAM ini akan diwujudkan dengan pengiriman surat resmi kepada Badan Gizi Nasional agar program MBG di NTT memanfaatkan beras lokal, khususnya dari Lembor.
Lembor Lumbung Beras Strategis di Manggarai Barat
Kecamatan Lembor diketahui memproduksi 11.013 ton beras per tahun dan memiliki potensi besar untuk mendukung program MBG yang merupakan salah satu program unggulan Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka.
Program MBG juga bertujuan untuk menyerap bahan pangan lokal, sebagai bagian dari upaya mewujudkan kedaulatan pangan nasional.
Natalius Pigai menekankan pentingnya memprioritaskan produksi lokal untuk mencukupi kebutuhan pangan wilayah sendiri, termasuk di NTT.
"Karena Pak Prabowo mendorong swasembada pangan, energi untuk kepentingan rakyat," tegasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa kunjungannya ke Kabupaten Manggarai Barat bertujuan memastikan pelaksanaan program pemerintah pusat dan menyerap langsung aspirasi masyarakat.
"Tujuan Saya mendorong apa yang disampaikan Pak Prabowo yaitu hal-hal baik, kebijakan yang populis menyentuh kebutuhan rakyat dan saya sebagai anggota kabinet memiliki kepentingan pertama memastikan program Presiden jalan atau tidak di bawah," ungkapnya.
Camat Lembor Raimundus Majar menyampaikan apresiasi atas komitmen Natalius Pigai dan Kementerian HAM yang mendukung beras lokal sebagai komponen program MBG.
Kecamatan Lembor merupakan lumbung beras utama di Manggarai Barat, dengan luas areal persawahan mencapai 3.280 hektare dan didukung oleh empat sistem irigasi: Wae Lombur, Wae Sele, Wae Raho, dan Wae Kanta.
"Luas fungsional 3.280 hektare yang sudah panen dalam keadaan hingga hari ini 650 hektare, dan jika dikalikan produktivitas 6 ton per hektare, sehingga total padi kami 3.900 ton gabah kering panen saat ini," jelas Raimundus.
- Penulis :
- Balian Godfrey