
Pantau - PT PLN Indonesia Power (PLN IP) menyatakan kesiapan penuh untuk menjadi pemain kunci dalam transisi energi nasional melalui implementasi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034.
Direktur Utama PLN IP, Edwin Nugraha Putra, mengatakan bahwa perusahaan telah menyiapkan langkah strategis jangka menengah dan panjang guna memperkuat portofolio pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT), mendorong pemanfaatan biomassa untuk cofiring di PLTU eksisting, serta mengembangkan program energi surya dari hulu ke hilir.
" Kami siap menjadi pemain kunci dalam mengimplementasikan RUPTL 2025–2034 dengan pendekatan yang inovatif dan kolaboratif", ujar Edwin.
Langkah tersebut mendukung target pemerintah dalam mencapai net zero emission (NZE) pada tahun 2060 dan sejalan dengan program Accelerated Renewable Energy Development (ARED) milik PT PLN (Persero).
Target 52,9 GW EBT, PLN IP Bangun Industri PLTS Terintegrasi dan Dorong Kolaborasi Global
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, menyebut bahwa pemerintahan Prabowo-Gibran menaruh fokus pada kedaulatan dan transisi energi.
Ia menegaskan bahwa RUPTL bukan hanya pedoman pengembangan kelistrikan, tetapi juga wujud komitmen terhadap Paris Agreement.
"76 persen itu menuju kepada energi baru terbarukan", tegas Bahlil.
Dalam RUPTL, pemerintah menargetkan penambahan kapasitas pembangkit sebesar 69,5 GW, dengan 52,9 GW (76 persen) berasal dari EBT dan storage.
Rinciannya meliputi tenaga surya 17,1 GW, hidro 11,7 GW, angin 7,2 GW, panas bumi 5,2 GW, bioenergi 0,9 GW, nuklir 0,5 GW, serta penyimpanan daya 10,3 GW.
PLN IP akan memanfaatkan potensi tenaga surya nasional yang mencapai 3.295 GW, dengan membangun ekosistem PLTS dari hulu ke hilir.
Di sisi hulu, pembangunan pabrik panel surya terintegrasi dilakukan melalui anak usaha PT Trina Mas Agra Indonesia (TMAI), yang memproduksi sel dan modul surya dengan teknologi Tunnel Oxide Passivated Contact (TOPCon) berkapasitas efisiensi hingga 23,2 persen.
" Teknologi N-type TOPCon... telah memenuhi standar bankability AAA dari BNEF", ujar Edwin.
Di sisi midstream dan downstream, pembangunan, instalasi, dan pemeliharaan PLTS dijalankan oleh PLN IP Services.
PLN IP juga memperkuat portofolio EBT melalui PLN Indonesia Geothermal, yang mengembangkan PLTP dan proyek PLTS dengan total kapasitas 21,5 MWp.
Dalam lima tahun terakhir, PLN Indonesia Geothermal telah memproduksi energi hijau sebesar 5,6 GWh, setara pengurangan emisi karbon 4.760 ton CO₂e.
Selain itu, PLN IP siap mengembangkan potensi EBT lainnya seperti PLTA di berbagai wilayah Indonesia.
Sebagai pengembang utama PLTP nasional, PLN IP menegaskan komitmennya mempercepat transisi energi melalui inisiatif Hijaunesia dan Hydronesia, yang membuka peluang kolaborasi dengan investor nasional dan global dalam pengembangan PLTS dan PLTA di seluruh Nusantara.
- Penulis :
- Balian Godfrey