billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Ekspor Sarang Burung Walet ke China Meningkat Tajam, Jadi Jembatan Persahabatan dan Peluang Ekonomi Indonesia

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

Ekspor Sarang Burung Walet ke China Meningkat Tajam, Jadi Jembatan Persahabatan dan Peluang Ekonomi Indonesia
Foto: Sarang burung walet jadi simbol ekonomi dan budaya dalam hubungan Indonesia–China(Sumber: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/Spt)

Pantau - Sarang burung walet kini bukan hanya dikenal sebagai bahan makanan bergizi, tetapi juga menjadi simbol penting dalam hubungan ekonomi dan budaya antara Indonesia dan China, dengan permintaan tinggi yang membuka peluang kerja dan ekspor bernilai tinggi bagi Indonesia.

Dari Istana Kekaisaran hingga Produk Kecantikan Generasi Muda

Sejarah mencatat bahwa sarang burung walet dari Indonesia telah dikirim ke China sejak abad ke-14 Masehi, ketika pelayaran Laksamana Zheng He mencapai kepulauan Nusantara.

Pada masa itu, sarang burung walet hanya dikonsumsi oleh kalangan bangsawan di istana kekaisaran China.

Kini, produk ini telah populer di kalangan masyarakat umum, termasuk generasi muda, karena diyakini bermanfaat untuk kecantikan dan kesehatan.

Ketua Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPSBI) Boedi Mranata menyebutkan bahwa meningkatnya kesadaran masyarakat China tentang manfaat kesehatan sarang burung walet turut mendorong tren ekspor yang positif.

Boedi menilai perdagangan sarang burung walet juga menjadi jembatan tidak langsung dalam memperkuat hubungan persahabatan antarbangsa.

Lonjakan Ekspor dan Potensi Hilirisasi Industri Padat Karya

Data dari PPSBI menunjukkan bahwa volume ekspor sarang burung walet dari Indonesia ke China meningkat 24 kali lipat dalam satu dekade, dari 14,7 ton pada 2015 menjadi 376,2 ton pada tahun lalu.

Titik balik ekspor terjadi pada 2015 ketika China resmi membuka keran impor langsung dari Indonesia.

Perusahaan Boedi dengan merek "Xiao Niao" menjadi yang pertama mendapat izin ekspor langsung ke China.

Kini, sekitar 50 perusahaan Indonesia telah mengantongi izin ekspor, naik drastis dari hanya enam perusahaan satu dekade lalu.

Kuota ekspor Indonesia ke China juga meningkat dari 79 ton menjadi 694 ton per tahun, meski realisasinya baru mencapai separuh dari total kuota.

Total ekspor tahun lalu mencapai 1.273 ton, di mana sekitar sepertiga masuk langsung ke China, dan lebih dari 500 ton masuk melalui wilayah Hongkong.

Nilai ekspor ke China mencapai 551,5 juta dolar AS atau 78 persen dari total nilai ekspor sarang burung walet, menunjukkan tingginya harga jual meskipun volumenya lebih kecil.

Industri sarang burung walet juga menyerap ribuan tenaga kerja karena sifatnya yang padat karya, mulai dari penjagaan, perawatan, panen, pembersihan, hingga pengemasan.

Pemerintah Indonesia mendorong investasi dari China untuk mendorong hilirisasi produk walet dalam negeri, termasuk pengembangan produk olahan seperti minuman kemasan dan produk nonpangan.

Pada Maret lalu, Kementerian Perdagangan RI bersama CAWA menggelar "Konferensi Tingkat Tinggi Sarang Burung" di Jakarta, yang mempertemukan pelaku usaha dan asosiasi dari kedua negara.

Boedi menyebut perdagangan ini turut mendorong pertukaran budaya, karena warga China semakin banyak berkunjung ke Indonesia, dan sebaliknya.

Meskipun terjadi sedikit penurunan volume ekspor pada 2024, prospek pasar China tetap dianggap cerah karena adanya diversifikasi produk dan permintaan yang stabil.

Penulis :
Balian Godfrey
FLOII Event 2025

Terpopuler