
Pantau - Akademisi Universitas Cenderawasih (Uncen) Papua, Marlina Flassy, menegaskan bahwa sagu merupakan simbol jati diri Orang Asli Papua (OAP) yang sarat makna budaya dan spiritual.
Ia menyebut sagu bukan sekadar bahan pangan, melainkan sarana pewarisan pengetahuan lokal dan filosofi hidup yang tumbuh dari alam Papua.
"Sagu itu bukan hanya makanan, ia hidup di air, di tanah basa. Semua bagiannya memiliki makna besar bagi kita orang Papua"
Menurut Marlina, pembangunan di Tanah Papua harus dilakukan berbasis budaya, di mana makanan tradisional seperti sagu, keladi, dan ubi menjadi lambang kedaulatan dalam hal pangan, identitas, dan spiritualitas.
"Inilah makanan khas orang Papua. Tetapi kita butuh kebijakan dan badan khusus untuk melindungi dan mengembangkannya"
Menjaga Martabat Lewat Sekolah Adat dan Ritual
Marlina menyoroti peran penting sekolah adat dalam menjaga warisan nilai lokal kepada generasi muda, termasuk cara hidup selaras dengan alam dan pemahaman mendalam terhadap sagu.
"Di tengah arus globalisasi nilai-nilai dalam makanan tradisional terancam tergeser, menjaga sagu berarti menjaga jati diri dan martabat Papua"
Tokoh adat Kampung Yoboi, Ramses Wally, turut menegaskan posisi sagu sebagai simbol spiritual yang menghubungkan manusia, alam, dan leluhur.
"Sagu itu bukan milik individu, ia miliki komunitas. Kami tidak bisa sembarangan menebang sagu, ada aturan adatnya, ada ritualnya, itulah cara kami menghormati leluhur"
- Penulis :
- Balian Godfrey








