Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

HIP Biodiesel Turun Dua Bulan Berturut-turut, Indonesia Siap Melangkah ke B50 pada 2026

Oleh Balian Godfrey
SHARE   :

HIP Biodiesel Turun Dua Bulan Berturut-turut, Indonesia Siap Melangkah ke B50 pada 2026
Foto: Harga Biodiesel Turun Jadi Rp12.890 per Liter di Juni 2025, Pemerintah Dorong Ketahanan Energi Lewat Program B40(Sumber: ANTARA/HO-Pertamina Patra Niaga.)

Pantau - Harga Indeks Pasar (HIP) bahan bakar nabati jenis biodiesel pada Juni 2025 turun sebesar Rp852 per liter menjadi Rp12.890 per liter, dari sebelumnya Rp13.742 pada Mei 2025.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menyampaikan bahwa angka HIP ini belum termasuk ongkos angkut yang mengacu pada besaran maksimal sesuai keputusan menteri.

Penurunan HIP biodiesel telah terjadi dua bulan berturut-turut setelah pada Mei 2025 juga tercatat penurunan sebesar Rp548 dari April 2025 yang sebesar Rp14.290 per liter.

Penetapan HIP ini sesuai dengan implementasi Program Mandatori Biodiesel yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 132 Tahun 2024 tentang Pengelolaan Dana Perkebunan.

Dorong Swasembada Energi dan Efisiensi Devisa

Besaran konversi Crude Palm Oil (CPO) menjadi biodiesel ditetapkan sebesar 85 dolar AS per metrik ton, dengan nilai kurs berdasarkan rata-rata kurs tengah Bank Indonesia periode 25 April–24 Mei 2025 sebesar Rp16.561.

Eniya menegaskan bahwa program Biodiesel 40 (B40) merupakan langkah strategis untuk menekan ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM dan sejalan dengan arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto dalam mewujudkan ketahanan serta swasembada energi.

Pemerintah menargetkan efisiensi devisa hingga 20 miliar dolar AS per tahun melalui pengurangan impor solar lewat program biodiesel ini.

Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung sebelumnya menyatakan bahwa Indonesia siap mengimplementasikan BBM jenis biodiesel 50 (B50) pada tahun 2026.

Keyakinan tersebut didasarkan pada evaluasi atas pelaksanaan program B40 sejak awal 2025, yang dinilai berjalan baik untuk sektor penugasan (PSO) maupun non-PSO.

Penulis :
Balian Godfrey