
Pantau - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkuat strategi hilirisasi rumput laut guna meningkatkan nilai tambah produk dan mendorong ekspor olahan seperti keragenan dan agar-agar.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, menyatakan hal tersebut dalam acara Siemens Tech Summit di Jakarta, Rabu.
Putu menyebut bahwa selama ini ekspor rumput laut Indonesia masih didominasi oleh bahan baku seperti rumput laut kering dan semi alkali.
Ia menegaskan, "Hilirisasi arahnya bagaimana kita masuk ke banyak pengolahan keragenan dan agar-agar".
Pasar Global Produk Turunan Rumput Laut Capai Rp119 Triliun pada 2030
Kemenperin mencatat bahwa dengan hilirisasi yang optimal, Indonesia berpeluang meraih potensi pasar global rumput laut hingga 11,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp119,5 triliun pada 2030.
Produk turunan yang memiliki nilai tambah tinggi meliputi biostimulan, bioplastik, pakan hewan, nutraseutikal, protein alternatif, farmasi, dan tekstil.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Kemenperin menggencarkan sinergi dengan berbagai kementerian dan lembaga melalui kebijakan afirmatif sesuai arahan Presiden.
Langkah strategis lainnya adalah mendorong kemitraan antara industri pengolahan rumput laut dengan sektor industri pengguna.
Kemenperin juga memfasilitasi penerapan sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan program restrukturisasi mesin serta peralatan.
Ekspor Produk Olahan Masih Rendah Dibanding Bahan Baku
Dalam satu dekade terakhir, Indonesia masih menjadi eksportir utama rumput laut kering baik untuk konsumsi maupun bahan baku industri.
Namun, ekspor produk olahan seperti karagenan dan agar-agar belum menunjukkan pertumbuhan signifikan.
Data menunjukkan bahwa 66,61 persen ekspor rumput laut Indonesia berupa rumput laut kering, sementara produk olahan baru mencakup 33,39 persen.
Padahal, menurut Putu, peluang pasar global produk olahan rumput laut masih sangat terbuka lebar.
- Penulis :
- Balian Godfrey