
Pantau - Dinas Kesehatan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mencatat angka stunting di wilayahnya menurun signifikan menjadi 6,7 persen atau sekitar 1.600 kasus hingga Mei 2025, dari sebelumnya 7,6 persen atau sekitar 1.900 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, dr H Emirald Isfihan, menyatakan bahwa capaian ini menunjukkan progres positif dari berbagai upaya penanggulangan yang telah dilakukan.
"Dengan capaian 6,7 persen di bulan Mei, kami optimistis target lima persen di akhir 2025 bisa tercapai," ungkapnya.
Suplemen dan Strategi Inovatif Percepat Penanganan
Salah satu inovasi terbaru Dinas Kesehatan adalah pemberian suplemen khusus bagi anak-anak stunting yang mengalami kesulitan makan.
Suplemen ini diformulasikan dengan varian rasa yang disukai anak-anak agar mereka lebih mudah menerima asupan gizi tambahan.
"Karena itu, kami akan coba memberikan mereka suplemen yang memiliki varian rasa disukai anak-anak, agar anak-anak mau makan," jelas dr Emirald.
Berdasarkan evaluasi, dengan tambahan suplemen, hasil perbaikan kondisi anak stunting dapat terlihat dalam waktu dua bulan, lebih cepat dibanding sebelumnya yang membutuhkan tiga bulan.
Selain itu, program orang tua asuh untuk balita stunting juga tetap dilanjutkan guna memperkuat pendekatan berbasis komunitas.
Pencegahan dari Hulu Libatkan Banyak Pihak
Dinkes Kota Mataram juga aktif melakukan pencegahan dari hulu dengan menggandeng DP2KB, PKK, Dharma Wanita, serta organisasi perempuan lainnya.
Langkah ini mencakup edukasi kesehatan remaja, penanganan ibu hamil, intervensi gizi seimbang, dan pemantauan tumbuh kembang anak sejak dini.
" Kami berharap, upaya terus dilaksanakan guna mencapai target lima persen penurunan stunting tahun 2025," ujarnya.
Kota Mataram terus memperkuat kolaborasi lintas sektor baik dengan lembaga pemerintah maupun swasta sebagai bagian dari strategi menyeluruh penanggulangan stunting.
- Penulis :
- Aditya Yohan