
Pantau - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi DKI Jakarta menegaskan pentingnya menjadikan pengembangan infrastruktur digital sebagai prioritas utama dalam pembangunan kota, guna mendorong Jakarta naik peringkat dalam indeks kota global dari posisi ke-74 menjadi peringkat ke-50 pada tahun 2030.
Infrastruktur Digital Jadi Kunci Lompatan Global
Kepala Bappeda DKI Jakarta, Atika Nur Rahmania, menyatakan bahwa keterbatasan ekosistem dan infrastruktur digital merupakan tantangan utama yang harus segera diatasi.
"Sebenarnya tantangan utama pengembangan infrastruktur digital yang membuat kami perlu untuk meletakkan ini sebagai salah satu poin untuk diprioritaskan, yakni terbatasnya ekosistem dan infrastruktur digital," ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa ketersediaan infrastruktur digital adalah syarat mendasar untuk mendukung transformasi layanan publik, pengembangan transportasi, perencanaan ruang kota, pertumbuhan ekonomi, hingga kolaborasi lintas sektor.
Kecepatan Internet Rendah dan Ancaman Siber Hambat Kemajuan
Atika menyebutkan bahwa rendahnya kecepatan internet menjadi hambatan lain dalam meningkatkan daya saing kota Jakarta di tingkat global.
Saat ini, Indonesia berada di peringkat ke-112 untuk kecepatan internet seluler dan peringkat ke-137 untuk kecepatan internet broadband.
"Ini tentunya lebih kurang kompetitif untuk bisa mengangkat Jakarta memperbaiki posisinya di elemen pertukaran informasi," ia mengungkapkan.
Selain itu, Jakarta juga menghadapi ancaman besar di sektor keamanan digital dengan lebih dari satu juta serangan siber yang terjadi setiap tahun.
Tantangan lainnya adalah ketiadaan kerangka hukum yang kuat dalam pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), meskipun potensi penggunaannya sangat besar di Jakarta.
"Jakarta adalah lokasi yang sangat implementatif untuk penggunaan AI di berbagai sektor," jelas Atika.
Optimalisasi Aplikasi JAKI dan Inisiatif Smart City
Jakarta saat ini tengah mengembangkan inisiatif kota pintar (smart city) melalui berbagai program digital, termasuk integrasi layanan publik dalam satu platform.
Aplikasi Jakarta Kini (JAKI) menjadi salah satu upaya utama dan telah digunakan oleh lima juta pengguna aktif.
"Penggunaan JAKI dapat dimanfaatkan secara lebih optimal lagi," tambah Atika.
- Penulis :
- Arian Mesa