Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Enam Dekade Hubungan Indonesia–Singapura: Dari Stabilitas Regional hingga Kolaborasi Ekonomi Digital

Oleh Aditya Yohan
SHARE   :

Enam Dekade Hubungan Indonesia–Singapura: Dari Stabilitas Regional hingga Kolaborasi Ekonomi Digital
Foto: (Sumber: Ilustrasi - Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin (kiri) bersama Menteri Pertahanan Singapura Chan Chun Sing (kanan) melakukan inspeksi pasukan saat prosesi penyambutan di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa (5/8/2025).)

Pantau - Hubungan diplomatik Indonesia dan Singapura resmi dimulai pada 1966, segera setelah kemerdekaan Singapura.

Meski sempat diwarnai dinamika awal, kedua negara menyadari pentingnya kerja sama regional demi stabilitas dan kemajuan bersama.

Mantan Menteri Luar Negeri Singapura (1994–2004) Prof. S. Jayakumar pernah menyatakan, "Indonesia adalah salah satu tetangga terdekat Singapura dan mitra dagang utama. Kami memiliki kepentingan yang mendalam dan abadi terhadap stabilitas Indonesia sebagai negara kesatuan, pertumbuhan, dan kemakmurannya."

Fondasi Kerja Sama dan Peran ASEAN

Pada 1967, Indonesia dan Singapura menjadi pendiri ASEAN yang bertujuan mempromosikan perdamaian, stabilitas, dan pertumbuhan ekonomi kawasan.

Kedekatan geografis dan kepentingan strategis mempercepat perkembangan hubungan di berbagai bidang, termasuk investasi, perdagangan, dan pertahanan.

Singapura secara konsisten menjadi salah satu investor terbesar di Indonesia di sektor manufaktur, pariwisata, real estat, dan ekonomi digital.

Batam, Bintan, dan Karimun berkembang menjadi pusat kerja sama melalui Segitiga Pertumbuhan Sijori, yang memanfaatkan keunggulan wilayah, memperlancar investasi, dan menciptakan lapangan kerja.

Di bidang pertahanan, kerja sama mencakup latihan militer, pertukaran personel, pencarian dan pertolongan (SAR), serta bantuan kemanusiaan sebagaimana diatur dalam perjanjian 2023.

Peluang dan Tantangan Masa Depan

Pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia terus ditingkatkan lewat beasiswa, pertukaran pelajar, kemitraan riset, dan program gelar bersama.

Analisis M.M. Mas’oed (2024) menggambarkan dinamika hubungan seperti “Goliath” (Indonesia) yang kadang tampak lemah di hadapan “Lilliput” (Singapura) dalam konteks tertentu, namun faktor global dan regional diperkirakan akan membuat hubungan ini semakin erat.

Pertumbuhan ekonomi digital Asia Tenggara membuka peluang kolaborasi, di mana Singapura dapat menjadi mitra strategis bagi pengembangan ekosistem digital Indonesia.

Fokus global pada transisi energi dan keberlanjutan memberi ruang bagi kerja sama di bidang energi terbarukan dan teknologi hijau.

Peningkatan konektivitas dan infrastruktur akan terus menjadi prioritas, sementara kerja sama dalam kerangka ASEAN menjadi platform penting mengatasi tantangan regional dan global.

Komitmen Kedua Negara

Indonesia berupaya menarik lebih banyak investasi Singapura di sektor strategis dan hilirisasi dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif.

Peringatan Hari Nasional ke-60 Singapura disertai ucapan selamat dari rakyat Indonesia menjadi simbol rasa hormat dan komitmen menjaga hubungan baik.

Di tingkat government-to-government (G2G), dialog terbuka dan konstruktif diperlukan untuk menyelesaikan perbedaan dan menyusun kebijakan saling menguntungkan.

Di tingkat people-to-people (P2P), interaksi budaya, pariwisata, pertukaran pendidikan, dan kolaborasi komunitas diharapkan terus digalakkan.

Singapura sebagai pusat keuangan dan teknologi membutuhkan Indonesia sebagai pasar besar, sumber daya, dan tenaga kerja, sementara Indonesia mendapat manfaat dari investasi, keahlian, dan konektivitas global Singapura.

Dengan dialog, komitmen, dan dukungan penuh, hubungan ini diyakini akan terus berkembang demi kemakmuran kedua negara serta stabilitas dan kemajuan Asia Tenggara.

Penulis :
Aditya Yohan