
Pantau - ASEAN TVET Conference 2025 resmi dibuka sebagai bagian dari ASEAN Year of Skills (AYOS), dengan misi mempersiapkan tenaga kerja kawasan untuk menghadapi tantangan digitalisasi mutakhir dan transisi menuju ekonomi hijau.
Konferensi ini bertujuan memperkuat ekosistem Technical and Vocational Education and Training (TVET) agar lebih inklusif, relevan dengan pasar kerja, dan siap menghadapi masa depan.
Diselenggarakan di Kuala Lumpur, Dihadiri Ribuan Peserta dari Kawasan
Konferensi diselenggarakan oleh Human Resource Development Corporation (HRD Corp) dan Skills Development Fund Corporation Malaysia (PTPK) di bawah naungan Kementerian Sumber Daya Manusia Malaysia (KESUMA).
Acara berlangsung di World Trade Centre, Kuala Lumpur, selama dua hari, dengan melibatkan sekitar 1.500 peserta yang terdiri dari:
- Perumus kebijakan
- Pemimpin industri
- Penyedia layanan TVET
- Tenaga pendidik
Sebanyak 57 ekshibitor turut ambil bagian dalam menampilkan inovasi pelatihan dan teknologi pendukung peningkatan keahlian kerja.
Pemimpin ASEAN Serukan Aksi Nyata dan Integrasi Regional
Wakil Perdana Menteri Malaysia sekaligus Ketua National TVET Council, Dato’ Seri Dr. Ahmad Zahid bin Hamidi, membuka acara dan menyerukan pentingnya sinergi kebijakan dan kemitraan lintas sektor.
"Konferensi ini harus merangsang kebijakan yang memenuhi kebutuhan pasar, mendorong perusahaan pemberi kerja untuk menjadi mitra sejati, serta mempercepat metode belajar mutakhir. Lewat cara ini, ASEAN membangun tenaga kerja yang inklusif, siap menjawab tantangan masa depan, serta segera memimpin industri TVET global," ujarnya.
Ia juga mengusulkan pembentukan ASEAN Green and Digital Skills Taskforce sebagai langkah konkret dan terukur menghadapi transformasi kawasan.
Tantangan Kecerdasan Buatan dan Pentingnya Sertifikasi Bersama
Menteri Sumber Daya Manusia Malaysia, Steven Sim Chee Keong, menekankan bahwa meskipun kecerdasan buatan semakin berkembang, kebutuhan akan keterampilan manusia tetap krusial.
"Ketika AI dapat berpikir, dunia masih membutuhkan sosok-sosok yang dapat membangun, memperbaiki, mengoperasikan, mengawasi, dan mengatur segala hal. Elemen tersebut akan terus bertahan dan melampaui siklus teknologi yang sensasional," katanya.
Ia menyerukan pentingnya mutual recognition dalam sertifikasi antarnegara ASEAN agar mobilitas tenaga kerja lebih terintegrasi.
Sekretaris Jenderal ASEAN, Dr. Kao Kim Hourn, dalam sambutan virtualnya menyatakan bahwa ASEAN tidak boleh hanya menjadi pengikut dalam ekonomi hijau.
"Kita harus menjadi pemimpin, bukan sekadar pengikut, ekonomi hijau di dunia," tegasnya.
Tanpa aksi nyata, ia memperingatkan bahwa kesenjangan keahlian akan terus menjadi hambatan pertumbuhan ekonomi kawasan.
TVET sebagai Instrumen Perubahan Inklusif
Dengan tema “Advancing Digital and Green Transformations through an Inclusive and Future-Ready TVET System”, konferensi ini menekankan pentingnya mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pelatihan kerja.
Perwakilan ILO Asia dan Pasifik, Kaori Nakamura-Osaka, menyampaikan bahwa TVET memiliki potensi besar untuk mempercepat transformasi digital dan hijau.
"Pelatihan kerja harus selaras dengan transisi tersebut serta menerapkan teknologi baru. Jangan ada satu orang pun yang tertinggal," katanya.
Rangkaian AYOS Berlanjut
Setelah ASEAN TVET Conference, kegiatan AYOS 2025 akan dilanjutkan dengan beberapa forum besar lainnya:
- National Human Capital Conference & Exhibition (NHCCE)
- Global Skills Forum (GSF)
- ASEAN Forum of Manpower Ministers for Human Capital Development (AFMM-HCD)
Semua kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen Malaysia dalam mempererat kolaborasi kawasan, memperkuat peran industri, dan mendorong kelestarian dalam sistem keterampilan kerja ASEAN.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf