billboard mobile
FLOII Event 2025 - Paralax
ads
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Prof. Nafrialdi: Farmakovigilans Kunci Penting dalam Menjamin Keamanan Obat di Indonesia

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Prof. Nafrialdi: Farmakovigilans Kunci Penting dalam Menjamin Keamanan Obat di Indonesia
Foto: (Sumber: Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI),Prof. dr. Nafrialdi ANTARA/HO-Humas UI)

Pantau - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Prof. Nafrialdi, menekankan pentingnya peran Farmakovigilans dalam menjamin keamanan obat demi terciptanya pelayanan kesehatan yang aman dan efektif bagi masyarakat Indonesia.

Efek Samping Obat Tidak Terhindarkan, Pengawasan Harus Aktif

"Dalam penggunaan obat, efek samping merupakan hal yang melekat (inheren) dengan obat. Tugas kita adalah memaksimalkan efek baik obat dan meminimalkan risiko efek sampingnya," ujar Prof. Nafrialdi di kampus UI, Depok, Jawa Barat.

Farmakovigilans merupakan ilmu yang berkaitan dengan deteksi, penilaian, pemahaman, dan pencegahan Efek Samping Obat (ESO) atau masalah lain yang berkaitan dengan penggunaan obat.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan masyarakat, serta mendorong penggunaan obat secara rasional, efektif, dan aman.

Prof. Nafrialdi menjelaskan bahwa meskipun suatu obat telah melalui uji klinik yang ketat, hal itu tidak menjamin sepenuhnya aman.

"Beberapa efek samping yang frekuensinya jarang, umumnya tidak terdeteksi saat uji klinik, karena jumlah pasien yang diikutkan dalam uji klinik terbatas," katanya.

Perlu Kolaborasi dan Pelaporan Efek Samping yang Lebih Baik

Aktivitas farmakovigilans meliputi pengumpulan laporan efek samping obat dan analisis hubungan antara obat dengan efek samping tersebut.

Hasil analisis ini menjadi dasar dalam pengambilan keputusan terhadap obat-obat yang beredar di masyarakat.

"Bila suatu obat menimbulkan efek samping yang membahayakan, tim farmakovigilans akan merekomendasikan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk menarik obat tersebut dari peredaran, atau mengubah indikasi penggunaannya," ujar Prof. Nafrialdi.

Di tingkat nasional, Tim Nasional Farmakovigilans memiliki peran penting dalam menilai laporan ESO, baik dari obat umum maupun obat khusus dalam program nasional seperti Tuberkulosis (TBC).

Namun, Prof. Nafrialdi mengungkapkan bahwa tingkat pelaporan efek samping obat di Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara.

Indonesia saat ini berada di urutan kelima, di bawah Thailand, Singapura, Malaysia, dan Filipina.

"Aktivitas farmakovigilans yang kuat harus dilaksanakan bersama-sama melibatkan masyarakat, perawat, dokter, farmasis, industri farmasi, dan pemerintah," tegasnya.

Ia menambahkan bahwa pelatihan berkelanjutan perlu diberikan kepada tenaga kesehatan, terutama tim farmakovigilans, agar dapat membuat laporan yang baik dan lengkap.

"Semua usaha ini akan bermuara pada terwujudnya pelayanan kesehatan yang efektif dan aman untuk masyarakat," tutup Prof. Nafrialdi.

Penulis :
Ahmad Yusuf