HOME  ⁄  Nasional

WHO Ingatkan Bahaya Buang Air Besar Sembarangan, Infeksi Cacing Bisa Serang Paru-paru hingga Sebabkan Kematian

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

WHO Ingatkan Bahaya Buang Air Besar Sembarangan, Infeksi Cacing Bisa Serang Paru-paru hingga Sebabkan Kematian
Foto: (Sumber: Ilustrasi - Pemasangan tangki septik atau Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Pondok Labu, Jakarta Selatan, untuk mewujudkan kawasan tersebut bebas dari perilaku buang air besar sembarangan (BABS), Selasa (18/3/2025). ANTARA/Luthfia Miranda Putri.)

Pantau - Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Kantor Regional Asia Tenggara 2018–2020, Prof. Tjandra Yoga Aditama, mengingatkan masyarakat untuk segera menghentikan kebiasaan buang air besar sembarangan (BABS) dan meningkatkan sanitasi demi mencegah penyakit akibat infeksi cacing.

"Sanitasi dijaga dan Stop BABS jadi aspek penting kesehatan masyarakat, termasuk mencegah kecacingan", ungkapnya.

Menurut WHO, infeksi cacing disebabkan oleh parasit seperti Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing cambuk), Necator americanus dan Ancylostoma duodenale (cacing tambang), serta Strongyloides stercoralis.

Penularan Melalui Tanah dan Air yang Terkontaminasi

Infeksi cacing biasanya terjadi di daerah dengan sanitasi buruk, di mana telur cacing dalam tinja mencemari tanah.

"Telur cacing tersebut dapat tertelan oleh anak-anak yang bermain di tanah yang terkontaminasi, lalu memasukkan tangan mereka ke dalam mulut tanpa mencucinya. Tentu saja ada cara penularan lain, seperti melalui air yang tercemar", jelas Prof. Tjandra.

Organ yang paling sering terdampak adalah saluran pencernaan, namun dalam beberapa kasus parah, infeksi dapat menjalar ke paru-paru.

Gejala yang mungkin timbul jika menyerang paru-paru antara lain batuk, sesak napas, suara mengi, nyeri dada, batuk darah, bahkan batuk yang disertai keluarnya cacing.

Anak-anak yang terinfeksi harus segera ditangani melalui pemberian obat cacing secara berkala, edukasi kesehatan, serta peningkatan fasilitas sanitasi.

"Kalau sudah terjadi penyakit, maka sebenarnya sudah tersedia obat yang aman dan efektif untuk mengobatinya", tambahnya.

Jakarta Masih Temukan Praktik BABS, Pemerintah Diminta Bertindak

Hingga Juli 2025, ditemukan sekitar 850 kepala keluarga (KK) di sembilan kelurahan di Jakarta yang masih melakukan praktik BABS.

Prof. Tjandra menegaskan bahwa persoalan ini harus menjadi prioritas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

"Jadi caranya akan tergantung dari masalah di lapangan yang mungkin berbeda-beda satu dengan lainnya, tapi jelas perlu jadi prioritas penanganan", katanya.

Ia menyarankan langkah penanganan berupa pembangunan fasilitas mandi cuci kakus (MCK) dan tangki septik komunal di lahan yang tersedia agar masyarakat dapat mengakses sanitasi yang layak.

Sebelumnya, seorang anak bernama Raya (4) dari Kampung Padangenyang, Sukabumi, meninggal dunia dalam kondisi tubuhnya dipenuhi cacing.

Anak tersebut tinggal di rumah bilik panggung yang bagian bawahnya dipenuhi kotoran ayam, yang diduga menjadi sumber infeksi.

Kasus ini menjadi pengingat serius bahwa kebersihan lingkungan dan akses sanitasi yang memadai adalah kunci utama dalam mencegah infeksi berbahaya.

Penulis :
Ahmad Yusuf