
Pantau - Kementerian Perindustrian mendorong pembentukan sentra industri kecil dan menengah (IKM) di kawasan transmigrasi sebagai langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya lokal dan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih merata.
Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza menyampaikan hal ini dalam acara pelepasan Tim Ekspedisi Patriot di Jakarta, Senin (25/8/2025).
Salah satu strategi utama industrialisasi menuju visi Indonesia Emas 2045 adalah membangun industri berbasis rakyat melalui pengembangan IKM dan perwilayahan industri.
Pemerataan Pertumbuhan dan Penguatan Ekosistem Industri
Faisol menjelaskan bahwa visi perwilayahan industri bertujuan menyeimbangkan pertumbuhan sektor industri antara Pulau Jawa dan luar Jawa.
"Tujuannya untuk menciptakan porsi pertumbuhan yang lebih berimbang," ujarnya.
Sentra IKM akan dibentuk dalam bentuk klaster industri tertentu yang terintegrasi, dapat mencakup satu desa atau beberapa desa yang saling terhubung, tergantung pada potensi sumber daya alam dan manusia di wilayah tersebut.
Sentra-sentra ini juga diharapkan dapat berperan sebagai pemasok produk bagi kawasan industri besar sehingga memperkuat ekosistem usaha nasional secara menyeluruh.
"Keberadaan kawasan industri berbasis industri besar dapat memperkuat ekosistem usaha di mana desa industri menjadi pemasok yang bisa menyediakan produk untuk digunakan di kawasan industri maupun stakeholder lainnya," tambah Faisol.
Morowali Jadi Contoh Nyata Transformasi Transmigrasi
Faisol mencontohkan keberhasilan transformasi Morowali, Sulawesi Tengah, yang dahulu merupakan daerah tujuan transmigrasi dan kini menjadi salah satu kawasan industri besar nasional.
Sebelum adanya kawasan industri, penduduk transmigran di Morowali hanya mengandalkan pertanian dan perikanan.
Kini, dalam dua dekade terakhir, Morowali telah menjadi pusat pengolahan sumber daya alam seperti nikel, alumina, dan gas, dengan jumlah pekerja hampir mencapai 90.000 orang dari hanya sekitar 2.000 penduduk awal.
Hilirisasi industri dinilai sebagai kunci dalam memperkuat rantai pasok, membuka lapangan kerja, serta meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri.
Beberapa komoditas lokal yang memiliki potensi besar di kawasan transmigrasi meliputi kakao, kopi, sawit, karet, gula, dan jagung.
Potensi Komoditas Lokal untuk Hilirisasi
Faisol mengungkapkan bahwa untuk komoditas kakao, produksi nasional masih belum memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Kakao dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai tambah seperti pasta, bubuk, kosmetik, dan produk farmasi, dengan daerah potensial di Aceh, Sulawesi, dan Papua Barat.
Sementara itu, kopi Indonesia memiliki permintaan tinggi di pasar global, dan dapat dikembangkan menjadi kopi instan, makanan, serta produk perawatan tubuh.
Wilayah potensial pengembangan kopi mencakup Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan, dan NTB.
"Hilirisasi menjadi salah satu sektor yang sangat erat kaitannya dengan transmigrasi. Sehingga apapun yang dilakukan oleh pemerintah hari ini pada dasarnya adalah melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh para transmigran bertahun-tahun lamanya," tutup Faisol.
- Penulis :
- Ahmad Yusuf