
Pantau - Deputi Bidang Percepatan Pemberdayaan Kapasitas dan Penyediaan Akses Badan Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (BP Taskin), Novrizal Tahar, menegaskan bahwa strategi pengentasan kemiskinan tidak cukup hanya mengandalkan bantuan tunai, tetapi juga harus disertai pendekatan pemberdayaan ekonomi yang mendalam dan berkelanjutan.
Peran CSR dalam Pemberdayaan Ekonomi
Novrizal menjelaskan bahwa keterlibatan sektor swasta melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) sangat penting untuk memperkuat ketahanan ekonomi masyarakat miskin.
"Kita tidak bisa terus-menerus mengandalkan anggaran pemerintah. Peran sektor swasta melalui CSR sangat penting. Namun CSR juga harus bersifat transformatif, bukan sekadar bantuan karitatif," ungkapnya.
Ia meninjau langsung skema Village Savings and Loan Association (VSLA) yang dikembangkan CARE Indonesia bersama Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dan PT Hindoli (Cargill).
Menurutnya, program tersebut terbukti efektif memperkuat ketahanan ekonomi rumah tangga miskin, khususnya perempuan, sekaligus mendorong terbentuknya Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) di 13 desa di Musi Banyuasin.
"Saya menyaksikan langsung bagaimana program CSR dari Hindoli Cargill ini berdampak nyata dan berkelanjutan. Ini adalah praktik baik yang layak dijadikan role model secara nasional," katanya.
Dengan pengembangan kelompok usaha tersebut, Novrizal berharap ada kontribusi nyata dalam penurunan tingkat kemiskinan di wilayah pedesaan, terutama bagi perempuan.
"Saya juga sangat mengapresiasi kemitraan yang telah terjalin antara Hindoli Cargill dan CARE Indonesia. Harapannya, kerja sama ini tidak berhenti di Kabupaten Musi Banyuasin saja, tetapi dapat segera meluas ke wilayah-wilayah lain di Indonesia," tambahnya.
Dampak VSLA terhadap Pemberdayaan Perempuan
CEO CARE Indonesia, Abdul Wahib Situmorang, mengungkapkan bahwa dalam skema VSLA, sebanyak 13 KUEP di Musi Banyuasin telah berhasil mengelola dana tabungan sebesar Rp 1,2 miliar.
"Dari jumlah tersebut, sekitar Rp 1 miliar telah disalurkan sebagai pinjaman dengan 3.438 proposal yang digunakan sebagai modal usaha," jelasnya.
Selama 2,5 tahun, KUEP menciptakan 186 usaha skala rumahan dengan beragam jenis, mulai dari makanan, pertanian, online shop, peternakan, hingga budidaya.
Sebanyak 507 perempuan anggota KUEP kini memiliki wadah untuk belajar kepemimpinan, membangun solidaritas, dan menyusun perencanaan usaha yang lebih strategis.
CARE Indonesia telah mengimplementasikan skema VSLA selama tiga tahun dan siap berbagi pengalaman agar bisa direplikasi di daerah lain.
"Kita siap berbagi pengalaman dan desain program. Jadi tidak perlu memulai dari nol. Tinggal ada kemauan dan keterbukaan dari pelaku usaha di daerah lain," ungkap Wahib.
CARE Indonesia juga mendorong agar Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memberi ruang bagi praktik baik ini untuk dipresentasikan kepada pelaku usaha lain di seluruh Indonesia.
"Melalui KUEP, perempuan diberi ruang untuk mengorganisir diri, memperoleh modal usaha tanpa bunga, hingga belajar mengelola simpanan, tabungan, dan laporan keuangan," tutupnya.
- Penulis :
- Shila Glorya