Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Menumbuhkan Kecintaan Batik Pekalongan pada Generasi Muda Melalui Edukasi dan Digitalisasi

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Menumbuhkan Kecintaan Batik Pekalongan pada Generasi Muda Melalui Edukasi dan Digitalisasi
Foto: (Sumber: Sejumlah pelajar di Kota Pekalongan sedang belajar membatik di Halaman Gedung Museum Batik Nasional Pekalongan, Kamis (2/10/2025). (ANTARA/Kutnadi))

Pantau - Kota Pekalongan, Jawa Tengah, yang dikenal sebagai Kota Batik, terus menggiatkan upaya menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap batik melalui berbagai kegiatan edukatif dan promosi digital.

Pekalongan, Kota Batik dengan Sejarah Panjang

Sejak abad ke-19, batik telah menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Pekalongan dengan banyak rumah tangga terlibat dalam proses pembuatannya.

Julukan Kota Batik melekat karena Pekalongan merupakan salah satu sentra produksi batik terbesar di Indonesia.

Ciri khas batik Pekalongan terlihat dari motif beragam dan penggunaan warna cerah seperti merah muda, kuning, serta biru.

Motif-motif populer di antaranya Jlamprang bercorak geometris dengan pengaruh Islam, Encim bermotif flora dari budaya Tionghoa, Buket dengan flora besar yang dipengaruhi Belanda, dan Terang Bulan yang menggambarkan pemandangan alam.

Keunikan tersebut mencerminkan perpaduan budaya lokal dan asing, sekaligus menambah nilai filosofi yang dulunya menjadi penanda status sosial.

Kini, batik dapat digunakan semua kalangan tanpa memandang ras, budaya, maupun agama, dan bahkan telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda.

Tantangan dan Upaya Pelestarian Batik

Keberadaan batik tulis dan cap saat ini menghadapi tantangan besar dari produk tekstil bermotif batik yang berharga lebih murah di pasaran.

Selain itu, regenerasi perajin menjadi kendala karena generasi muda kurang tertarik mempelajari proses membatik yang rumit dan memakan waktu.

Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah Kota Pekalongan menggelar berbagai kegiatan dalam rangka Hari Batik Nasional 2025.

Salah satu acara utama adalah aksi membatik bersama di kain mori sepanjang 16 meter di Museum Batik Pekalongan yang diikuti pelajar dan pengunjung umum.

Kegiatan ini menjadi simbol kecintaan sekaligus kebanggaan terhadap batik, selain memperkuat keterlibatan masyarakat dalam pelestarian budaya.

Promosi batik juga dilakukan melalui pameran seperti Inacraft di Jakarta, kegiatan di kampung batik, serta sosialisasi di sekolah dengan menjadikan batik sebagai mata pelajaran.

Sekretaris Daerah Kota Pekalongan, Nur Priyantomo, mendorong pelaku usaha batik untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman.

" Sekarang pemasaran batik sudah bergeser dari transaksi tradisional menjadi digital marketing. Saya pastikan para UMKM batik masih eksis dan terus bertambah," ungkapnya.

Dengan langkah edukasi, sosialisasi, serta transformasi ke pemasaran daring, Pekalongan berupaya memastikan batik tetap hidup di tengah masyarakat sekaligus dicintai generasi muda.

Penulis :
Ahmad Yusuf
Editor :
Ahmad Yusuf