
Pantau - Sekjen Kemensos, Robben Rico menyoroti lambatnya penurunan angka kemiskinan di Indonesia yang dalam 10 tahun terakhir hanya mampu turun dua digit.
Permasalahan ini memiliki korelasi kuat dengan tingginya jumlah Anak Tidak Sekolah (ATS) di berbagai jenjang, yang utamanya dipicu oleh faktor ekonomi.
Robben memaparkan data mengejutkan, khususnya di Jawa Timur. Terdapat 23.041 anak usia 7-12 tahun (setara SD) yang belum pernah bersekolah atau terpaksa putus sekolah.
"Angka ini melonjak tajam pada jenjang selanjutnya. Untuk usia SMP, jumlah anak tidak sekolah di Jawa Timur mencapai 35.000 jiwa, bahkan peringkatnya naik ke posisi ketiga secara nasional," bener Robben di acara diskusi publik 'APBN 2026: Membangun Generasi Unggul', Rabu (8/10/2025).
Robben memaparkan, puncak masalah terjadi pada usia SMA, dengan jumlah ATS mencapai angka 405.000, meningkat hingga 10 kali lipat.
Menurutnya, kondisi ini diperparah oleh temuan studi yang menunjukkan 76% keluarga mengakui anak mereka putus sekolah karena alasan ekonomi.
"Biaya operasional pribadi anaknya enggak gratis. Contohnya seragam begini kan enggak beli. Dari rumah menuju ke sekolah kan harus mengeluarkan biaya," tegas Robben.
Ia mengungkapkan, keluarga dikategorikan miskin karena mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang, pangan, dan papan. Hal ini, lanjutnya, menjadi sulit mengharapkan keluarga ini membiayai kebutuhan pendidikan non-operasional.
Berangkat dari kesadaran inilah, Presiden mengambil keputusan untuk menjadikan Sekolah Rakyat—yang berada di bawah naungan Kemensos—sebagai pemicu dan instrumen utama percepatan program pengentasan kemiskinan di Indonesia, dengan menyediakan pendidikan gratis berasrama yang komprehensif.
- Penulis :
- Aditya Andreas