
Pantau - Rombongan kafilah dari Provinsi Papua Barat menarik perhatian dalam Seleksi Tilawatil Quran dan Hadis (STQH) Nasional ke-28 yang digelar di Kendari, Sulawesi Tenggara, dengan mengenakan noken, tas tradisional khas Papua, saat mendampingi qori perwakilan mereka.
Kehadiran noken dalam ajang religi tersebut bukan sekadar atribut budaya, melainkan simbol historis dan spiritual dalam penyebaran Islam di tanah Papua.
Ketua Harian Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Papua Barat, Musakamudi, menjelaskan bahwa penggunaan noken sudah menjadi ciri khas masyarakat Papua dalam berbagai kegiatan, termasuk kegiatan keagamaan seperti STQH.
“Noken ini banyak fungsi, kalau dulu guru-guru mau melatih di kampung-kampung, Al Quran ditaruh di dalam noken,” ungkapnya.
Noken dan Dakwah Islam di Wilayah Terpencil Papua
Musakamudi menegaskan bahwa noken memiliki peran penting dalam dakwah Islam, khususnya di wilayah pedalaman Papua yang memiliki medan ekstrem seperti pegunungan dan hutan.
“Karena untuk pembinaan ke pedalaman itu tidak segampang jalan di daerah, misalkan Indonesia barat. Di Papua itu naik turun gunung. Jadi, noken itu membantu,” jelasnya.
Lebih jauh, noken juga mencerminkan filosofi hidup masyarakat Papua yang dikenal dengan istilah "satu tungku tiga batu", yang menggambarkan kerukunan tiga agama besar—Islam, Katolik, dan Protestan—di Papua.
“Tiga agama mayoritas ini bisa bersatu, jadi walaupun berbeda tapi kesatuan, kerukunan beragama tetap terpelihara,” tambah Musakamudi.
Papua Barat Kirim 60 Kafilah, Harap Lahir Generasi Muslim Papua
Papua Barat mengirimkan 60 orang dalam rombongan kafilah, terdiri dari peserta, pendamping, dan ofisial.
Pada hari ketiga pelaksanaan STQH, perwakilan Papua Barat telah berpartisipasi dalam berbagai cabang lomba, seperti tilawah anak-anak, hafalan 10 juz kategori putra, Musabaqah Karya Tulis Ilmiah (KTIH), dan hafalan hadis.
Musakamudi berharap kafilah Papua Barat dapat meraih hasil maksimal dalam STQH Nasional 2025 dan menjadi inspirasi bagi anak-anak Papua lainnya untuk mendalami Al-Qur’an.
“Memang terus terang yang menjadi kendala ini khusus di muslim Papua belum berkembang, tapi kita upayakan ke depan mereka masuk pesantren sehingga menjadi modal kita mengikuti STQH atau MTQ nasional nantinya,” ujarnya.
- Penulis :
- Aditya Yohan