billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Maman Imanulhaq: Santri Adalah Garda Terdepan Penjaga NKRI dan Identitas Nusantara di Era Digital

Oleh Shila Glorya
SHARE   :

Maman Imanulhaq: Santri Adalah Garda Terdepan Penjaga NKRI dan Identitas Nusantara di Era Digital
Foto: Anggota Komisi VIII DPR RI Maman Imanulhaq (sumber: DPR RI)

Pantau - Anggota Komisi VIII DPR RI Maman Imanulhaq menegaskan bahwa jihad kebangsaan di era modern tidak lagi dilakukan dengan senjata, melainkan melalui perjuangan melawan korupsi, hoaks, intoleransi, dan kemiskinan moral.

Peran Strategis Santri di Tengah Arus Globalisasi

Maman menyebut bahwa santri merupakan garda terdepan penjaga iman dan kebangsaan di tengah derasnya arus globalisasi serta menjadi pilar utama berdirinya Republik Indonesia.

Ia menyampaikan bahwa sejarah telah mencatat peran besar para santri dalam merawat nilai-nilai Islam yang damai dan membangun peradaban Islam di Nusantara.

"Santri bukan hanya ahli ibadah, tetapi juga pejuang kemerdekaan. Dari Kiai Haji Hasyim Asy’ari yang menyerukan resolusi jihad, hingga ribuan santri yang gugur mempertahankan tanah air," ungkapnya.

Menurut Maman, santri adalah identitas asli Nusantara yang menyebarkan Islam melalui pendekatan budaya, bukan kekerasan.

"Santri tidak lahir dari ideologi impor, tetapi dari kearifan lokal yang menyatukan tauhid dan tradisi," ia menegaskan.

Maman juga menilai bahwa ideologi radikal transnasional gagal memahami konteks keislaman di Indonesia karena menafsirkan agama secara kaku dan tekstual, tanpa mempertimbangkan sejarah serta budaya lokal.

Tantangan dan Harapan untuk Santri Masa Kini

Maman mengajak para santri untuk tidak hanya menjadi penonton sejarah, melainkan aktor utama perubahan sosial dan peradaban.

"Menjaga NKRI bukan sekadar mempertahankan wilayah, tetapi memastikan nilai keadilan, kesejahteraan, dan kemanusiaan tegak di dalamnya," ujarnya.

Ia menyatakan bahwa tantangan santri saat ini bukan lagi melawan penjajahan fisik, melainkan mengawal kemerdekaan dari kebodohan, ketimpangan sosial, dan dekadensi moral.

Maman juga mengingatkan bahwa budaya global yang serba cepat bisa mengikis kedalaman makna hidup, dan oleh karena itu, para santri harus menjaga keseimbangan nilai.

Ia menantang para santri untuk menjaga kesabaran dalam kecepatan, kesantunan dalam kebebasan, dan spiritualitas dalam digitalitas.

"Santri harus tampil di panggung global dengan keilmuan, teknologi, dan diplomasi budaya. Indonesia berpotensi menjadi center of moderate Islam di dunia, dan santri bisa menjadi duta nilai-nilai rahmatan lil ‘alamin di tengah dunia yang haus spiritualitas dan keadilan sosial," tegasnya.

Maman menekankan pentingnya santri untuk melek digital, paham geopolitik, dan mampu berdialog dengan dunia.

"Tapi semua itu harus berakar pada nilai pesantren: adab, keikhlasan, tawadhu, dan cinta tanah air," ia mengungkapkan.

Penulis :
Shila Glorya