billboard mobile
Pantau Flash
HOME  ⁄  Nasional

Haedar Nashir: Pemuda Indonesia Harus Warisi Semangat Sumpah Pemuda dan Hadapi Tantangan Zaman dengan Kemandirian

Oleh Ahmad Yusuf
SHARE   :

Haedar Nashir: Pemuda Indonesia Harus Warisi Semangat Sumpah Pemuda dan Hadapi Tantangan Zaman dengan Kemandirian
Foto: (Sumber: Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir. ANTARA/HO-Muhammadiyah..)

Pantau - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menegaskan bahwa pemuda Indonesia memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan dan pembentukan kemerdekaan bangsa, salah satunya melalui peristiwa monumental Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Warisan Semangat Sumpah Pemuda

Haedar berharap seluruh pemuda Indonesia dari berbagai latar sosial dan demografis dapat menyerap nilai dan semangat perjuangan para pemuda 1928 yang telah mengikrarkan semangat persatuan dan kebangsaan.

“Jadilah diri sendiri yang sukses meraih masa depan dengan jiwa mandiri sembari tetap menjaga sikap hormat kepada orang tua sebagai bukti keluhuran budi pekerti kaum muda Ibu Pertiwi,” pesannya.

Ia merefleksikan bahwa generasi muda Indonesia kini memiliki potensi besar di berbagai bidang, termasuk penguasaan sains dan teknologi digital.

Menurut Haedar, banyak anak bangsa berkarakter positif, bekerja keras, dan berprestasi tinggi meski berasal dari latar belakang ekonomi yang terbatas.

Ia menilai bahwa anak muda Indonesia yang jujur, berilmu, berkeahlian, dan memiliki karakter kuat adalah modal spiritual penting bagi masa depan bangsa.

Potensi Generasi Unggul dan Tantangan Sosial

Haedar juga menyinggung pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menyebut sekitar satu persen dari populasi setiap negara memiliki IQ di atas 120.

Dengan populasi Indonesia mencapai 287 juta jiwa, ia memperkirakan ada lebih dari dua juta anak dengan potensi tinggi yang bisa menjadi aset bangsa apabila ditemukan dan dibina dengan baik.

Menurutnya, keyakinan Presiden Prabowo mencerminkan optimisme terhadap potensi generasi bangsa yang perlu terus digali melalui lembaga pendidikan dan pranata kebudayaan strategis.

Namun, Haedar juga menyoroti sejumlah persoalan yang dihadapi generasi muda, seperti keterbatasan lapangan kerja dan meningkatnya problem sosial yang berpotensi menghambat kesejahteraan pemuda.

Ia menilai polarisasi sosial yang muncul di media sosial akibat perbedaan politik, sosial, dan keagamaan merupakan tantangan besar yang perlu diatasi dengan memperkuat semangat Persatuan Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika.

Selain itu, Haedar memperingatkan meningkatnya masalah kesehatan mental di kalangan milenial dan generasi Z akibat tekanan hidup yang tinggi.

Menurutnya, krisis mental ini dapat menyebabkan penyakit sosial seperti alienasi, frustrasi, depresi, dan perilaku sosiopatik yang berpotensi melumpuhkan generasi muda sebagai pewaris masa depan bangsa.

Krisis Literasi Digital dan Ancaman Sosial

Haedar juga menyoroti rendahnya tingkat literasi dan etika digital di kalangan generasi muda Indonesia.

Ia merujuk pada temuan Microsoft tahun 2022 yang menunjukkan bahwa kecakapan digital masyarakat Indonesia masih rendah dalam penggunaan media sosial dan ruang digital.

Haedar memperingatkan bahwa jika masalah literasi dan etika digital dibiarkan, maka akan muncul krisis sosial besar seperti dijelaskan Francis Fukuyama dalam The Great Disruption, yaitu kerusakan tatanan sosial, moralitas, serta kemunduran nilai dan etika kehidupan.

Ia menegaskan bahwa guncangan besar yang merusak struktur sosial dan kemanusiaan tersebut dapat mengancam masa depan umat manusia, termasuk generasi muda Indonesia.

Penulis :
Ahmad Yusuf